Walau demikian, seorang nenek tua, Wa Anci, (60), warga Kelurahan Lipu, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, masih terus membuat periuk atau wajan dari tanah liat.
"Sudah ini pekerjaan saya, sejak saya masih gadis. Jadi saya buat saja, kalau laku alhamdulilah, kalau tidak laku ya tidak apa-apa," kata Wa Anci saat ditemui di rumahnya, Jumat (5/2/2016) kemarin.
Dia tidak saja membuat periuk atau alat memasak. Wa Anci juga membuat kendi tempat minuman, celengan, dan lainnya. Saat ini sudah banyak hasil karya kerajinannya bertumpuk di bawah rumah panggung miliknya.
"Dulu ini pekerjaan utama untuk kehidupan keluarga, tapi sekarang sudah tidak, karena sudah sepi yang mau beli. Padahal harganya satu hanya Rp 5.000," ujar dia.
Alat membuat kerajinannya terbilang sederhana, yakni dua batu kecil lonjong seukuran genggaman tangan, kayu pipih, dan papan datar.
Dia membuat kerajinannya tanpa alat memutar. "Kalau mau putar ini pakai tangan saja. Tanah itu kita putar pakai tangan, sambil kita kasih halus dengan kain basah. Ini saya pelajari dari orangtua saya dulu 40 tahun yang lalu," tutur Wa Anci.
Saat ini untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, ia juga menjual sayur hasil perkebunannya sambil keliling di sekitar Kota Baubau.
Hasil jualan sayuran cukup untuk membeli beras. "Suami sudah meninggal, jadi kita banting tulang untuk makan. Mudah-mudahan periuk tanah ini banyak yang mau beli," ucap Wa Anci.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.