Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padi hingga Karet Tumbuh di Lahan Rehabilitasi Orangutan di Kaltim

Kompas.com - 08/01/2016, 21:19 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani J

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com– Padi meng hijau terlihat di petak-petak lahan di dalam kawasan hutan milik Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.  

Tempat padi ini tumbuh tadinya adalah lahan bekas kebakaran hutan pada September-Oktober 2015.

Padi yang tertata rapi itu baru tumbuh setinggi 30 cm di antara ratusan pohon meranti berdiameter  8 inci berusia sekitar 10 tahun. Pepohonan meranti itu mengering dan mati akibat kebakaran.

“Kami menanam meranti di sini bersama Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA). Plang kami hilang, papan nama balai direbahkan,” kata CEO BOSF Dr Jamartin Sihite, Jumat (8/1/2015).

Lembaga nirlaba pimpinan Jamartin ini organisasi konservasi orangutan dan habitatnya. Organisasi ini bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia serta organisasi mitra dari beberapa negara di dunia.

Keberadaan padi merupakan salah satu fenomena kemunculan tumbuhan lain pasca-kebakaran di dalam kawasan yang dibangun menjadi hutan dalam konsesi BOSF.

Selain padi, bisa juga ditemui hampar tunas pisang hingga tunas muda pohon karet. “Luasnya sampai 30-an hektar di lahan bekas kebakaran,” katanya.

Kebakaran besar melanda sebagian besar hutan-hutan Kalimantan tahun lalu, termasuk hutan yang dikelola BOSF.

Pihak BOSF menghitung, kebakaran merusak pohon di luasan 266 hektar dari 1.800 hektar luas kawasan mengakibatkan kerugian sedikitnya Rp 4,1 miliar.

Tak berselang lama, muncul tumbuhan lain di lahan bekas kebakaran itu, seperti padi, pisang, dan karet.

Pohon-pohon kering tumbang diduga ditebang. Sejumlah pohon yang tadinya masih kuat berdiri dimatikan dengan cara dikupas kulitnya.

Bagi Jamartin, kemunculan tumbuhan lain hingga kerusakan baru di areal bekas kebakaran, diyakini terjadi secara disengaja.

Ia yakin ada campur tangan manusia di sana. Dugaan pun mengarah pada aktivitas perkebunan warga yang melebar hingga masuk ke kawasan hutan ini pasca-kebakaran.

Bagi Jamartin, keseluruhan kawasan merupakan bagian dari upaya melakukan pelestarian orangutan.

BOSF selama ini melebarkan wilayah untuk menciptakan suasana yang makin kondusif bagi kegiatan pelestarian ini, diantaranya dengan mereboisasi lahan.

Mereka mendapatkan hak atas tanah-tanah di sana dengan membeli dari masyarakat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com