Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gadget" dan Medsos Picu Tingginya Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Kompas.com - 07/01/2016, 21:06 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Sepanjang 2015 tercatat 188 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Kabupaten Semarang. Sebanyak 100 kasus menimpa perempuan dan 88 kasus kekerasan terhadap anak.

Kasus-kasus kekerasan ini sebagian besar terjadi di wilayah perkotaan di mana penggunaan gadget sangat tinggi.

"Trennya malah di perkotaan. Salah satu pemicunya adanya kemajuan teknologi, seperti penggunaan gadget tanpa pengawasan dan maraknya medsos seperti Facebook dan BBM," kata Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Badan Keluarga Bencana dan Pemberdayaan Perempuan (KBPP) Kabupaten Semarang, Astuty, Kamis (7/1/2016).

Menurut Astuty, beberapa kasus kekerasaan terhadap perempuan terutama yang belum menikah berawal dari komunikasi lewat media sosial.

Keakraban yang terjalin di dunia maya seringkali berlanjut dengan pertemuan. Setelah bertemu si perempuan kemudian menjadi korban pelecehan seksual pria yang dikenal lewat medsos.

"Adanya video porno yang mudah diakses lewat internet juga menjadi pemicu. Termasuk cara seorang perempuan berpakaian bisa memicu orang lain melakukan tindak kekerasan. Kuncinya, jangan membuka peluang terjadinya tindak kekerasan," tuturnya.

Berdasarkan data Badan KBPP Kabupaten Semarang, tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak paling banyak terjadi di Ungaran, Ambarawa, Bawen, Bandungan dan Banyubiru. 

Daerah-daerah itu bisa dianggap sebagai wilayah perkotaan di Kabupaten Semarang.

Sementara itu, Astuty melanjutkan, tindak kekerasan terhadap anak paling banyak dialami justru oleh anak laki-laki.

"Kenapa anak laki-laki? Karena mereka lebih agresif dan tingkat emosinya belum terkendali. Sehingga sesama anak laki-laki kerap terjadi pertengkaran," paparnya.

Astuty mengatakan, pada akhir Desember 2015 Pemkab Semarang telah mencanangkan kampanye anti-kekerasan.

Salah satu upaya yang ditempuh untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah memperkuat kelembagaan dan sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang perlindungan terhadap perempuan dan anak.

"Saat ini kita sudah memiliki pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) yang didukung tenaga full timer. Mereka ini bertugas mendampingi korban kekerasan, dan melakukan publikasi pencegahan tindak kekerasan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com