Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modus Baru Pencurian Ikan, Nelayan Lokal Diganti Nelayan Filipina

Kompas.com - 29/11/2015, 08:00 WIB

MANADO, KOMPAS — Ada modus baru pencurian ikan di Laut Sangihe, Sulawesi Utara. Caranya adalah melalui pertukaran anak buah kapal antara nelayan Sangihe dan nelayan Filipina di tengah laut.

Pertukaran diduga bermotif pencurian ikan setelah Pemerintah Kabupaten Sangihe menertibkan nelayan Filipina beberapa waktu lalu.

Johanis Madea, Kepala Satuan Kerja Pengawasan Sumber Daya Kelautan Perikanan (PSDKP) Sangihe, di Manado Jumat (27/11/2015), mengungkapkan, pertukaran anak buah kapal diduga didalangi pengusaha perikanan Filipina bekerja sama dengan pengusaha perikanan Sangihe.

"Kami mendapat laporan dari nelayan tradisional yang melihat nelayan Sangihe diganti nelayan Filipina," kata Madea.

Pertukaran biasanya terjadi di rumpon atau di sejumlah pulau tak berpenghuni pada malam hari.

Pertukaran nelayan sebagai modus mengelabui perizinan diberikan oleh pemangku kepentingan perikanan di Sangihe.

Menurut Madea, PSDKP Sangihe setiap hari mengeluarkan surat layak operasi (SLO) kepada setiap perahu motor ikan, dengan persyaratan memiliki identitas kartu tanda penduduk (KTP) dan dokumen perikanan lain.

Sebelum izin diberikan, petugas PSDKP melakukan cek fisik para anak buah kapal dan kapal ikan yang digunakan.

"Semua nelayan yang melaut harus datang ke kantor untuk mencocokkan KTP," ujar Madea.

Nelayan juga harus mengurus izin di kantor syahbandar. Setiap hari sekitar 60 SLO dikeluarkan PSDKP tanpa bayar.

Wakil Bupati Sangihe Jabes Gagana terkejut dengan informasi pertukaran nelayan bermotif mencuri ikan. Pemkab Sangihe Juni lalu bekerja sama dengan polisi dan TNI Angkatan Laut melakukan penertiban dan mengusir habis nelayan Filipina.

Gagana menyebutkan, langkah penertiban melalui operasi kartu identitas nelayan di seluruh pulau diikuti penertiban kepemilikan perahu motor. Hasil operasi menemukan sekitar 600 nelayan berasal dari Filipina. Mereka lalu disuruh pulang ke negaranya.

Sekitar 425 pamboat beroperasi di Laut Sangihe dalam kurun enam bulan sejak Januari hingga Juni 2015 setelah mendapat surat izin usaha perikanan dari Dinas Perikanan dan Kelautan setempat.

Menurut Madea, para cukong ikan tuna lihai memanfaatkan celah mencuri ikan di perairan teritorial Indonesia untuk diperdagangkan di Filipina. Disparitas harga tuna di Indonesia dan Filipina membuat bisnis ikan di Laut Sangihe menggiurkan.

Harga tuna di Sangihe, Bitung, dan Manado sekitar Rp 35.000 per kilogram, sedangkan harga tuna di Filipina Rp 90.000 hingga Rp 110.000 per kilogram.

Selain harga, ungkap Madea, ikan tuna hasil tangkapan mudah dibawa ke negara tetangga itu karena waktu tempuh Filipina dengan Laut Sangihe hanya 3-4 jam

Nelayan Filipina lebih terampil menangkap tuna dibandingkan nelayan Sangihe. Madea menduga hasil tangkapan menggunakan perahu pamboat dibawa ke Filipina. Setiap pamboat dapat menangkap sekaligus menampung 1-2 ton ikan tuna.  (ZAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com