Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sekolah Ini, Peserta Didik Membayar dengan Hasil Bumi

Kompas.com - 25/11/2015, 20:23 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com - Siang itu, Rabu (25/11/2015), Mochammad Hafidi, seorang guru sekaligus pembina Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum, Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari, Jember, Jawa Timur, terlihat begitu lelah.

Dia baru saja datang membantu pekerja, yang sedang membangun empat ruangan kelas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Bustanul Ulum (IBU).

Hafidi merupakan salah satu gambaran guru yang sukses. Dia berhasil membangun sekolah yang menggratiskan seluruh biaya pendidikan untuk anak didiknya.

“Saya ini sudah jadi anak yatim piatu sejak kecil, saya sudah ditinggal orangtua saya sejak umur 9 tahun, jadi saya tahu persis bagaimana susahnya mendapatkan pendidikan yang layak,” kenangnya.

Dalam yayasan tersebut, Hafidi melibatkan peran serta masyarakat dan orangtua murid.

“Sistem yang digunakan dalam lembaga ini adalah berbasis masyarakat. Jadi seluruh operasional sekolah, mulai dari kegiatan tata usaha, gaji guru, karyawan, pembangunan gedung, merupakan bentuk swadaya dari orangtua dan masyarakat,” ujarnya.

Pihak yayasan sebagai pengelola lembaga pendidikan, tidak pernah meminta biaya pendidikan kepada orangtua siswa.

“Kami sepeserpun tidak pernah minta biaya kepada orangtua (murid). Jadi, pada saat rapat dengan seluruh orang tua, kami menanyakan apakah di rumah memiliki buah-buahan seperti pisang, kelapa, dan sebagainya, atau mereka punya pohon bambu atau sesuatu yang memiliki manfaat,” katanya.

Jika ada orangtua memiliki tanaman yang bermanfaat, maka pihak yayasan akan meminta orangtua untuk menginfakkan kepada sekolah.

“Jadi orangtua bawa pisang, kelapa, pohon bambu, untuk diberikan kepada sekolah, lalu kami kelola untuk dijadikan kebutuhan operasional sekolah. Dan, Alhamdulillah sejauh ini luar biasa partisipasi masyarakat,” kata Hafidi.

Dengan begitu, lanjut Hafidi, tumbuh rasa memiliki sekolah ini di antara para orangtua dan masyarakat sekitar.

Sehingga, mereka juga bertanggung jawab untuk ikut serta membesarkan lembaga pendidikan yang tempat anak-anak mereka menuntut ilmu.

“Lembaga pendidikan ini didirikan karena keprihatinan kami terhadap pernikahan dini yang cukup tinggi di desa ini, kemudian sulitnya anak fakir miskin serta yatim piatu untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan standar dan kami ingin menepis anggapan bahwa proses kegiatan belajar mengajar di sekolah swasta tidak disiplin,” Hafidi menegaskan.

Saat ini, total jumlah siswa mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga SMK mencapai 3.500 orang.

“Yang jadi favorit di SMK, tahun 2015 ini saja kami menerima 620 siswa. Padahal yang mendaftar sebanyak 1.458 orang. Alhamdulillah ini semuanya berkat kepercayaan masyarakat dan orang tua terhadap kami,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com