Pemecahan rekor ini dibuka oleh Ketua PKK Kabupaten Magelang, Tanti Zaenal Arifin, di halaman parkir Armada Town Square (Artos) Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (24/10/2015) pagi.
Secara umum, acara tersebut berjalan lancar dan sukses tanpa kendala teknis yang berarti.
Namun, sejumlah guru sempat mengeluhkan karena HIMPAUDI dan Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI) yang telah mengerahkan 8.306 anak justru tidak mendapatkan piagam dari Muri.
Padahal, mereka telah membayar kontribusi Rp 5.000 per anak untuk membeli susu kemasan dan roti untuk sarapan tersebut.
“Kami sudah membayar, kami sudah himpun sekian ribu anak, tapi kenapa HIMPAUDI dan IGTKI tidak ikut mendapatkan piagam rekor MURI? Bahkan Ketua PKK Kabupaten Magelang hanya dapat buku,” ujar Vera Susanti, salah satu guru PAUD di Muntilan.
Dewi, guru PAUD Roudlotutholibin Borobudur Magelang juga mengakui telah membayar Rp 5.000 untuk setiap peserta untuk membeli susu dan roti.
Dia juga menyayangkan panitia yang kurang memperhatikan kondisi anak. Kegiatan tidak kunjung dimulai sementara hari sudah semakin siang.
“Niat awal penyelenggaraan kegiatan ini bagus. Tapi, anak-anak banyak yang rewel karena kepanasan, acara tidak segera dimulai, kasihan mereka. Orangtua memang tidak dibolehkan mendampingi, tapi namanya anak-anak kan takut kalau ditinggal orangtuanya," ucap Dewi.
Kampanye sarapan sehat
Ketua PKK Kabupaten Magelang Tanti Zaenal Arifin, mengatakan, acara pemecahan rekor MURI sarapan massal ini telah tercapai secara kuantitas.
PKK dan HIMPAUDI, katanya, hanya menjadi supporting atau pengerah massa saja.
"Tidak apa-apa (tidak dapat piagam MURI), kami tidak mempermasalahkan, yang penting acara sudah berjalan lancar. Toh kami dapat dari Leprid," kata Tanti.
Lebih penting dari itu, kegiatan ini sebagai upaya untuk memberikan edukasi kepada anak dan orangtua untuk membiasakan sarapan setiap pagi.
Sarapan tidak harus nasi, tetapi semua makanan yang bernutrisi untuk menunjang prestasi anak.