Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nurhason yang Ingin Hidupi Keluarganya di Burma...

Kompas.com - 01/10/2015, 13:38 WIB
Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Penulis

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Muhammad Nurhason, masih terlalu muda untuk mengambil alih tanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya di Burma. Usianya belum melewati 15 tahun, tapi sudah memikirkan beban besar itu.

Dia sadar posisinya sebagai anak laki-laki tertua, dan mempunyai ibu, ayah, serta dua adik yang masih bertahan di Burma.

“Saya pergi dari Burma supaya bisa bekerja. Saya butuh uang untuk dikirim ke ibu dan adik-adik saya. Tapi saya juga tidak ada kerja di sini. Hidup saya hanya makan dan tidur,” ujar Nurhason, warga Rohingnya di lokasi penampungan Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Kamis (1/10/2015).

Dia menyebutkan, seluruh warga Rohingnya di penampungan itu ingin pergi ke Malaysia. Termasuk dia. Alasannya sederhana. Di negeri jiran, ada ratusan warga Rohingya yang sudah lebih dulu tiba dan bekerja. Sehingga, komunitas Rohingnya di negara itu diharapkan bisa membantu sesama mereka.

Alasan lainnya, di negeri itu bisa mereka lebih mudah untuk bekerja dan mengumpulkan ringgit. Beberapa di antara pengungsi yang kini sudah ada di Malaysia, disebutnya kerap menelponnya dan berbagi cerita tentang situasi di Malaysia.

Menurut Nurhason, beberapa temannya di Malaysia kerap bercerita bahwa di sana banyak tersedia lapangan kerja. Tidak butuh skill atau kemampuan khusus. Mereka juga mengaku mulai bisa membantu keluarga mereka yang masih tertahan di Burma dengan mengirim uang secara rutin.

Impian Nurhason ini adalah keinginan mayoritas warga Rohingnya yang kini berada di penampungan. Semua dari mereka mengaku ingin bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dengan bekerja.

“Kalau saya punya uang, saya ingin kirim supaya keluarga saya di Burma bisa segera keluar dari sana, dan kami bisa hidup bersama di Malaysia,” ujar Nurhason.

Masa krisis dalam penangan mereka sudah berakhir. Kini saatnya untuk segera memikirkan pemberdayaan ekonomi. Agar hidup mereka, dari hari ke hari, tak hanya berkisar dari kamar tidur ke dapur umum.

Media Relations Komite Nasional untuk Solidaritas Rohingnya (KNSR) Lhokseumawe Zainal Bakri, menyebutkan, beragam pelatihan untuk memberi keterampilan pun terus dilakukan.

“Agar kelak, ketika Negara ke tiga membuka pintu masuk bagi mereka, peluang itu tak berakhir sia-sia karena tak memiliki keahlian apapun,” ujar Zainal Bakri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com