Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencari Suaka Asal Afganistan Hidup Istimewa di Rudenim Pontianak

Kompas.com - 22/09/2015, 20:18 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com – Salah satu kendala yang dihadapi Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pontianak adalah sudah betahnya para pencari suaka asal Afganistan selama berada di penampungan. Kondisi tersebut disampaikan Kepala Pelaksana Harian Rudenim Pontianak, Agustianur terkait membludaknya penghuni fasilitas itu.

"Salah satu kendalanya ya mereka sudah betah. Bahkan ada juga yang sudah hampir dua tahun disini. Mereka tidak bisa dipaksa untuk pulang ke negara asalnya," kata Agustianur, Selasa (22/9/2015).

Khusus para pencari suaka asal Afganistan, jelas Agustianur, kebutuhan hidup mereka dibiayai  Bodan Migran Internasional (IOM). Sedangkan untuk warga negara asing lainnya yang tersangkut masalah keimigrasian seperti para awa kapal nelayan pelaku illegal fishing, biaya hidup mereka ditanggung negara.

"Kalau yang dari Afganistan mereka dibiayai oleh IOM, yang lainnya dibiayai negara" kata Agustianur.

Bahkan, untuk aktivitas keseharian para pencari suaka tersebut mendapat perlakuan yang cukup istimewa. Hampir sepekan sekali mereka dibawa berenang di salah satu kolam renang di Kota Pontianak. Klinik yang berada di dalam komplek Rudenim juga disediakan khusus untuk para pencari suaka.

"Di klinik itu, dokternya dari IOM langsung, jadi mereka menangani masalah kesehatan pengungsi dari Afganistan. Sedangkan penghuni lainnya, kalau sakit kita bawa ke puskesmas terdekat," tambah Agustianur.

Dia menambahkan, semakin bertambahnya penghuni di Rudenim saat ini, otomatis membuat kapasitas yang tersedia juga tidak memadai. Sejauh ini pihaknya tetap berkoordinasi dengan kedutaan besar negara para imigran agar mereka bisa segera dipulangkan. Selain itu, meminta pihak terkait bisa membantu terkait kelebihan kapasitas yang terjadi.

"Kami mohon bantuan kepada pihak terkait untuk membantu masalah kelebihan kapasitas di rudenim. Entah itu menampung sementara, atau pemulangan mereka ke negara asalnya," lanjut Agustianur.

Sementara itu, Ali, salah satu pencari suaka asal Afganistan mengungkapkan, dirinya sudah berada di Rudenim selama kurang lebih enam bulan. Saat itu, Ali bersama sejumlah pengungsi lainnya berangkat dari Afganistan menuju Australia, lantaran kondisi keamanan di negaranya yang tidak stabil. Ali memilih melanjutkan perjalanan ke Australia, daripada harus kembali ke Afganistan.

"Saya sudah enam bulan lebih disini. Dulu saya bekerja sebagai sopir taksi di Afganistan. Kamu tahu sendiri kan bagaimana kondisi negara kami saat ini. Mungkin Australia lebih bagus, daripada kami harus kembali ke Afganistan" kata Ali menggunakan bahasa Inggris saat ditemui di klinik kesehatan.

Berdasarkan data saat ini, jumlah pencari suaka terbanyak berasal dari Afganistan sebanyak 224 orang, ditambah satu orang warga Iran, Myanmar sebanyak tiga orang, Pakistan sebanyak tiga orang, dan Palestina satu orang.

Sebagian besar dari mereka merupakan pengungsi yang hendak mencari suaka ke negara ketiga, salah satunya Australia. Sedangkan penghuni lainnya, merupakan pelaku illegal fishing yang dititipkan sembari menanti proses deportasi.

Jumlah pelaku illegal fishing terbanyak berasal dari Vietnam sebanyak 102 orang, dari Thailand sebanyak 14 orang dan dari Myanmar sebanyak 17 orang. Jumlah penghuni di Rudenim Pontianak saat ini jauh melebihi kapasitas yang hanya mampu menampung sebanyak 130 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com