Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rentang Panjang Derung Sinabung di Kompas TV

Kompas.com - 20/08/2015, 22:13 WIB

KOMPAS.com — Lima tahun sudah, Sinabung menunjukkan dirinya sebagai gunung api yang aktif. Pada tanggal 2 Juni 2015,  aktivitas Sinabung kembali meningkat dan statusnya dinaikan menjadi level awas. Siapa yang mengira, dalam lelap tidur panjangnya selama empat ratus tahun, tiba-tiba gunung dengan ketinggian 2460 Mdpl ini sontak menguncang kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Di bulan Agustus 2010, Sinabung pertama kali bergejolak. Dalam sejarahnya, warga Sinabung tidak pernah menghadapi letusan gunung api. Maka tidak sedikit warga tersentak dan belum bisa menerima peristiwa ini sebagai bencana alam.

Dalam masa tidurnya, gunung Sinabung termasuk gunung api tipe B, yaitu letusan terakhirnya tercatat tahun 1600. Ketika Sinabung begejolak tahun 2010, Sinabung dikategorikan sebagai gunung dengan tipe A, sebagai gunung yang setidaknya mengalami satu kali erupsi setelah tahun 1600.

Erupsi Sinabung tidak berhenti di tahun 2010, namun masih terus berlangsung sampai saat ini. Rentang panjang erupsi Sinabung ini, mampu mengubah tatanan kehidupan warga yang tinggal di lerengnya.  Diantaranya dampak perekonomian yang semakin lesu. Material erupsi sinabung yaitu abu vulkanik telah merusak lahan warga yang sebagian besar mata pencaharian adalah berladang.

Tidak sedikit warga yang menengok ladangnya untuk memanen tanaman yang tersisa, sepeti jeruk dan buncis. Kondisi aktivitas Sinabung memang tidak bisa di prediksi. Tapi demi memenuhi kebutuhan hidup , membuat warga harus melawan  rasa takutnya.

“Kalau rasa takut selalu ada merasa takut. terpaksa untuk kami pulang balik kampung, untuk melihat apa yang masih ada tersisa di ladang,  supaya ada jajanan anak sekolah dan untuk  mengobati suami yang sakit.,“ ujar Taruli Sembiring, yang ditemui di ladangnya di Desa Kuta Rayat, 4 kilometer dari puncak Sinabung.

Pengungsian

Di tahun 2015 ini, wajah kelabu masih menyelimuti tanah Karo. Intensitas luncuran awan panas masih tinggi. Saat ini luncuran awan panas mengarah kea rah timur, tenggara dan selatan.

Selama masa tanggap darurat yang ditetapkan oleh pemerintah, warga yang tinggal sekira tujuh kilometer dari puncak Sinabung diwajibkan untuk mengungsi.  Tercatat ada 11 desa  dengan puluhan ribu jiwa yang mengungsi dan ditempatkan di 10 titik pengungsian.

Salah satu titik posko pengungsian berada di desa Surbakti, Kecamatan Simpang empat. Sekira 667 pengungsi dari desa Jeraya menempati sebuah bangunan yang merupakan bekas gudang jeruk. Berbagai bantuan terus mengalir, seperti kebutuhan makanan tiga kali sehari, alas tidur, fasilitas kesehatan, MCK dan kebutuhan sandang lainnya.

“Dalam bulan ini juga kami, diungsikan karena kan itu awan panas semakin besar, deruhan suara gempanya itu selalu ada. Deruhannya itu kan kita takut, ya mengungsilah,” ujar Riamaida Damanik, seorang warga Desa Jeraya.

Di kaki Sinabung ada tiga desa yang positif tidak layak huni, yaitu desa Bekerah, Sukameriah dan Simacem. Solusi yang ditawarkan pemerintah adalah rekolasi. Kawasan hutan Siosar di Kecamatan Merek , sekira 20 kilometer dari kota Kabanjahe menjadi pilihan untuk pemukiman relokasi.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, 50 unit rumah telah diserah terima ke warga desa relokasi asal Bekerah. Perencanaan kedepannya, akan dibangun 2053 unit rumah yang diperuntukan untuk 7 desa  dan 1 dusun yang berada di zona merah, yaitu Desa KutaTonggal, Desa Gambir, Desa Berastepu, Desa Guru Kinayan, Desa Simacem, Desa Bekerah , Desa Sukameriah dan Dusun Sibintun.

Lelap dalam tidurnya selama 400 tahun, Sinabung telah menjalani babak baru. Lima tahun sudah,  warga gundah akan amukan Sinabung. Selama itu pula, warga harus bisa mengalah dan memberi ruang dan waktu kepada Sinabung untuk melakoni perannya.

Dalam jejak waktu yang terus berputar, warga terus menatap dengan segala harapan, agar dapat berharmoni dan berdampingan dengan Sinabung kembali. Arien Prihayuti P

Saksikan tayangan dokumenter “Rentang Panjang Derung Sinabung”, Sabtu 22 Agustus 2015, pukul 20.00 WIB di Kompas TV.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com