Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/08/2015, 19:26 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com – Status darurat kekeringan air bersih untuk Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mendapat tanggapan tersendiri dari jajaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera). Musim kekeringan seperti saat ini sudah menjadi siklus tahunan di Indonesia.

“Ini bukan untuk menghibur diri, tapi kita itu di daerah tropis, mempunyai musim penghujan dan kemarau. Kami terus memantau pengelolaan manajemen air. Jadi, tidak perlu disampaikan (diberitakan) bahwa ini sedang kekeringan air dan sebagainya. Memang musim kemarau kekurangan air,” jelas Menteri PU-Pera Basuki Hadimulyo seusai meninjau Waduk Kedungombo, Kabupaten Grobogan, Selasa (11/8/2015).

Menurut Basuki, manajemen air Waduk Kedungombo sudah tertata sejak lama. Wilayah yang dilalui jaringan irigasi dari Kedungombo juga sudah mampu dipetakan yang meliputi lima kabupaten. Artinya, pola masa tanam pagi di Kabupaten Grobogan, Demak, Grobogan, Kudus, dan Pati sudah terkelola sesuai jadwal.

Basuki memastikan air yang berada di Kedungombo mampu mencukupi untuk masa tanam pertama di lima kabupaten tersebut. Saat ini, tingkat keterisian air masih lebih cukup, yakni di angka 86 SPB, dari titik terendah 67,5 SPB.

“Jaringan irigasi dari Kedungombo sudah jelas pola masa tanamnya. Nanti awal September atau pertengahan akan mulai dialiri, sehingga ketika nanti mulai menguning (padi) hujan sudah turun. Jadi, masih bisa ditangani, kecuali yang tidak ada reserve airnya,” ujarnya.

Kekeringan di Grobogan pun saat ini masih sebatas wajar. Hal itu berbeda dengan tahun 2003 lalu yang saat itu tingkat kerendahan air sudah mencapai 76 SPB. Artinya, dengan volume yang ada saat ini masih sisa 10 meter.

“Dan, itu besar sekali. Sisa 90 juta meter kubik bisa untuk manajemen air,” tambahnya.

Waduk Kedungombo mempunyai tiga Bendung sebagai jaringan irigasi, yakni Bendung Sidorejo, Bendung Sedadi dan Bendung Klambu. Bendung Sidorejo mengairi lahan 7.938 hektar, Bendung Sedadi 16.055 hektar di Kabupaten Grobogan dan Demak, serta Bendung Klambu menyediakan air untuk 37.451 hektar yang mengairi lima kabupaten.

Sementara air yang berada di waduk masih tercatat di angka 688, 41 juta meter kubik, dengan laju sedimentasi 14,5 juta kubik per tahun dan laju sedimentasi 2,70 hektar.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan, dua daerah di Jawa Tengah mengalami darurat kekeringan yang paling parah, yakni Grobogan dan Wonogiri. Dua daerah itu segera ditetapkan sebagai wilayah darurat kekeringan. [Baca juga: Dua Kabupaten di Jateng Darurat Kekeringan]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com