Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alim Ulama Nusantara Bertemu Rumuskan Gerakan Pesantren Antikorupsi

Kompas.com - 29/07/2015, 15:51 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan alim ulama nusantara sejak 27 Juli 2015 kemarin mengikuti halaqah (pertemuan) di Yogyakarta. Acara yang diprakarsai oleh Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) bersama Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian ini guna membuat rumusan serta rekomendasi terkait gerakan pesantren antikorupsi.

Acara pertemuan alim ulama nusantara yang digelar di Hotel Santika sejak 27 Juli 2015 kemarin itu diikuti oleh lebih kurang 30 pemimpin pondok pesantren se-nusantara. Turut hadir pula koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid.

Alissa Wahid mengatakan, korupsi di negara ini sudah cukup memprihatinkan. Bahkan bisa dikatakan sudah stadium 4.

"Kita tahu jika diibaratkan, korupsi di negara ini sudah stadium 4. Bahkan terjadi berbagai kriminalisasi untuk menghancurkan gerakan pemberantasan korupsi," jelas Alissa Wahid, Rabu (29/07/2015).

Alissa mengungkapkan, selama ini Jaringan Gusdurian se-Indonesia konsisten menyuarakan gerakan antikorupsi. Saat ini, Jaringan Gusdurian bersama nahdliyin dan alim ulama nusantara bersama-sama melakukan langkah nyata dalam pemberantasan korupsi lewat gerakan pondok pesantren.

"Langkah awal dengan halaqah alim ulama nusantara untuk membangun gerakan pesantren antikorupsi," ucapnya.

Menurut putri Presiden Keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, alim ulama dan para kiai mempunyai peranan penting dalam pencegahan serta pemberantasan korupsi. Gerakan antikorupsi bisa dikumandangkan di setiap pondok pesantren.

"Halaqah alim ulama nusantara ini untuk membuat rekomendasi-rekomendasi soal membangun gerakan pesantren antikorupsi," tegasnya,

Rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan para ulama ini nantinya diharapkan dapat membantu pesantren-pesantren menanamkan nilai antikorupsi kepada para siswanya.

"Bulan Agustus nanti kami juga akan meluncurkan gerakan #LaskarSantriAntiKorupsi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com