Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BBPOM Mataram Temukan Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

Kompas.com - 22/06/2015, 19:36 WIB
Kontributor Mataram, Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menemukan jajanan takjil mengandung bahan berbahaya yang beredar di pasar musiman Ramadhan.

"Dari 34 sampel yang diuji, 15 sampel atau sekitar 44 persen di antaranya mengandung bahan berbahaya," kata Kepala BBPOM Mataram I Gedhe Nyoman Suandi, Senin (22/6/2015).

Menurut Nyoman, jumlah ini meningkat dari bulan puasa tahun sebelumnya yang mana BBPOM menemukan 21 persen sampel jajanan takjil mengandung bahan berbahaya.

Pengambilan sampel ini dilakukan di empat lokasi berbeda. Pertama di Jalan Aerlangga, Pasar ACC, Pasar Rembiga dan Pasar Kebon Roek. Dalam sidak tersebut, petugas mengambil beberapa sampel jajanan takjil seperti sambel plecing, kerupuk, mi basah, es campur dan beberapa kudapan lainnya.

Jajanan takjil ini kemudian diuji laboratorium. Hasilnya, 44 persen jajan takjil yang dijual di pasar musiman Ramadhan tersebut masih mengandung bahan berbahaya seperti rodhamin B, boraks dan pemanis buatan.

"Akan kami tindaklanjuti. Besok kita akan turun lagi untuk melakukan tindakan sebagai shock teraphy. Kalau masih juga menjual makanan takjil yang mengandung bahan makan berbahaya kami akan lakukan pengamanan," kata Nyoman.

Menurut Nyoman, menjajakan atau menjual pangan takjil mestinya bebas dari bahan-bahan berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Jangan sampai makanan yang dijual justru mengganggu kesehatan masyarakat yang tengah menjalankan ibadah puasa.

Selain melakukan uji laboratorium, para pedagang musiman Ramadhan ini sekaligus diberikan sosialisasi tentang bahan makanan yang mengandung zat-zat berbahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com