Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Drone" Rekam Posisi Tubuh Eri di Kawah Gunung Merapi

Kompas.com - 17/05/2015, 20:55 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Hingga Minggu (17/5/2015) malam, Eri Yunanto (21), seorang pendaki gunung yang jatuh ke bagian kawah Gunung Merapi, belum ditemukan.

Namun, tim pencarian telah mengidentifikasi posisi survivor tersebut lewat foto-foto yang direkam dari pesawat mini tanpa awak atau drone.

Komandan tim Search and Rescue Daerah Istimewa Yogyakarta (SAR DIY), Brotoseno, mengatakan, drone sudah dapat memantau obyek di dasar kawah Merapi yang diduga kuat adalah Eri.

"Survivor telah diketahui posisinya. Dia tegak lurus di bawah jalur puncak," ujarnya, Minggu.

Tim SAR DIY menggunakan drone untuk mempermudah melacak posisi survivor. Bantuan drone yang dilengkapi kamera diperoleh dari tim Universitas Gadjah Mada (UGM).

Meski posisinya diketahui, ia belum dapat memastikan kondisi Eri saat ini. Brotoseno menambahkan, saat ini tim tengah membuat jalur rintisan dan jalur savety line yang diperlukan adalah proses evakuasi.

Seperti diberitakan, Eri jatuh ke dinding kawah Merapi ketika hendak turun dari Puncak Garuda. Setelah berfoto di atas Puncak Garuda, Eri terpeleset dan jatuh tergelincir dalam kubah lava sedalam lebih kurang 150 meter.

"Kondisi survivor belum bisa dipastikan karena rescuer belum bisa sampai di titik koordinat survivor," tambahnya.

Tim SAR DIY sendiri menerjunkan lima regu. Masing-masing terdiri dari 10 personel.

Pengendali misi pencarian, Suwiknya, mengatakan, tim pencarian dilengkapi drone dan alat bantu pernapasan (breathing apparatus) untuk mempermudah pencarian. Penggunaannya berkaitan dengan kondisi tempat jatuhnya survivor di kawah Merapi.

"Kami gunakan drone untuk memetakan tempat dugaan jatuhnya pendaki. Dari situ akan dievaluasi, mana jalur yang bisa ditempuh oleh penyelamat. Kami menerjunkan dua drone dalam misi ini," ujarnya.

Sementara itu, breathing aparatus berfungsi untuk mengurangi risiko menghirup gas beracun yang ada di kawah Merapi. Ia pun mengatakan, waktu efektif untuk melakukan pencarian adalah pukul 10.00 sampai pukul 13.00 WIB.

"Kami juga harus melihat arah angin. Bila angin cenderung diam, hal itu justru berbahaya untuk penyelamat karena konsentrasi gas beracun tinggi. Kalau ada angin berembus, maka udara akan bersirkulasi," tutur Suwiknya yang juga Kepala Resor Selo SPTN Wilayah II Boyolali.(Santo Ari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com