Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekas Pabrik Gula Colomadu Segera Menjadi Hotel

Kompas.com - 02/05/2015, 23:55 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Perkebunan Nusantara (PTPN) IX berencana mengalihfungsikan bekas pabrik gula Colomadu di Karanganyar, Jawa Tengah menjadi hotel, tempat hiburan dan pasar wisata.

Direktur Utama PTPN IX Adi Prasongko mengatakan, pabrik gula Colomadu merupakan satu dari lima pabrik gula milik PTPN IX yang sudah tidak beroperasi dari total 13 pabrik gula yang dimiliki perusahaan ini.

Meski akan beralih fungsi menjadi kawasan wisata, Adi menegaskan proses pembangunan bekas pabrik gula Colomadu itu tidak akan merusak bagian-bagian bersejarah dari bangunan peninggalan masa kolonial Belanda itu.

"Pembangunan daerah wisata di sini tidak akan merusak bagian sejarah yang ada. Terutama sejarah gula di tanah air. Saat ini kami telah malakukan kerjasama dengan PT PP Properti (BUMN) untuk mengembangkan Colomadu," kata Adi saat ditemui di Banaran Cafe, Bawen, Kabupaten Semarang, Sabtu (2/5/2015).

Adi optimistis alihfungsi pabrik gula Colomadu menjadi kawasan wisata memiliki potensi ekonomi yang besar. Pasalnya, pabrik yang berdiri ditanah seluas 19 hektar tersebut berada di tengah kota dan berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo, Surakarta.

"Sangat baik sebagai salah satu destinasi wisata. Terlebih ada hotel, yang bisa untuk menginap orang yang akan berangkat umroh," ujar Adi.

Selain itu, Adi mengungkapkan, jumlah pabrik gula yang saat ini beroperasi hanya delapan dari 13 pabrik gula yang dimiliki PTPN IX. Hal ini diakibatkan karena harga jual tebu yang rendah dan biaya produksi tebu yang terbilang tinggi.

Salah satu upaya meningkatkan nilai ekonomis pabrik gula yang tutup ini, adalah dengan mengalih fungsikan lahan pabrik tebu menjadi hotel atau tempat komersial lainnya. Salah satu yang sudah berhasil, lanjut Adi, adalah bekas pabrik gula Ceper di Klaten. Akibat tak lagi berproduksi, PTPN IX menanam pohon kelapa di kawasan pabrik gula Ceper. "Setelah empat tahun bisa produksi. Ditargetkan mencapai 65 ton per tahun," pungkas Adi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com