Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Petaka Saat Tanah dan Air Murka"

Kompas.com - 06/04/2015, 19:43 WIB


KOMPAS.com — Sekilas tampak biasa, gunungan mirip tumpukan pasir yang berasal dari sisa pembakaran aki bekas. Namun, dampaknya luar biasa karena sisa pembakaran itu merupakan limbah bahan beracun berbahaya.

Selain timbal, limbah tersebut juga kaya dengan arsenik, zat beracun yang membunuh aktivis HAM Munir.

Limbah berbahaya ini berasal dari pabrik pengolahan aki bekas yang berada di permukiman padat penduduk di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Akibatnya, anak-anak desa itu, yang berjumlah puluhan orang, terserang penyakit, seperti keterbelakangan mental. Mulai dari kaki lemah tidak bisa berdiri, bahkan sampai ada yang meninggal dunia.

"Kami curiga karena ada beberapa anak yang lambat pertumbuhannya," ujar Maisaroh, orangtua dari Farhan (3,5), anak balita yang belum bisa berjalan dan berbicara.

Menurut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin, lambatnya pertumbuhan anak-anak di Desa Cinangka diduga akibat pencemaran lingkungan yang berasal dari peleburan aki yang beroperasi sejak tahun 1990.

Safrudin menjelaskan, ketika pabrik peleburan aki bekas masih beroperasi, daerah di sekitar Desa Cinangka berkabut pekat. Udara dan tanah terkontaminasi zat beracun berbahaya.

"Begitu kami datang ke sini, sedikit banyak kami akan terekspos oleh timbal dan zat lain, seperti arsenik," kata Safrudin.

Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik peleburan aki bekas ini bisa berdampak hingga 20 kilometer dari lokasi pabrik.

Menelusuri seberapa buruk tingkat pencemaran lingkungan, jurnalis Kompas TV, Aiman Witjaksono, berdialog dengan warga, peneliti, dan juga pemerintah setempat.

Saksikan perjalanan Aiman di Desa Cinangka dalam episode "Petaka Saat Tanah dan Air Murka" pada Senin, 6 April 2015 pukul 20.00 WIB, hanya di KompasTV. (KompasTV/Ike Kesuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com