Umat Katolik Ikuti Jalan Salib di Gereja Puhsarang Kediri

Dengan khusyuk, mereka menapaki jalan setapak yang berkontur naik turun sekaligus berliku untuk mencapai 15 titik stasi yang ada di kaki Gunung Wilis itu. Stasi tersebut merupakan fragmen kisah sengsara saat Yesus Kristus mengalami penyaliban di Bukit Golgota.

Pemimpin doa dalam Jalan Salib tersebut, Ibu Daniel, mengajak segenap jemaat untuk senantiasa mengingat kisah pengorbanan dan cinta kasih Yesus Kristus. Hal itu dapat diteladani dan dapat diaplikasikan pada tataran keluarga masing-masing.

"Semangat cinta dan pengorbanan. Harapan bersama Kristus mampu membangun keluarga sebagai sekolah iman yang penuh sukacita," kata Ibu Daniel di hadapan jemaatnya.

Jalan Salib tersebut menjadi refleksi untuk menata keluarga yang lebih baik. Hubungan antar-anggota keluarga, baik bapak, ibu, maupun anak, hingga saudara dibangun atas dasar cinta kasih, tolong-menolong, dan saling menghormati.

Peribadatan itu sendiri diikuti oleh beragam kalangan maupun usia. Tampak anak-anak hingga orangtua mengikuti prosesi dengan tertib dan khidmat. Sebagian besar jemaat adalah warga sekitar gereja. Namun, tidak sedikit pula jemaat luar kota yang khusus datang untuk mengikuti ibadat itu.

Pelaksanaan Jalan Salib berjalan cukup kondusif dan penuh khidmat. Bahkan, beberapa jemaat terlihat meneteskan air mata saat pemimpin doa membacakan narasinya dalam pemberhentian stasi.