Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2015, 15:34 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Lima seniman Kota Bandung menggelar ruwatan di Gedung Merdeka Bandung, Kamis (2/4/2015). Kegiatan ini digelar di sela persiapan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60, 24 April mendatang.

Ritual dimulai sekitar pukul 12.00 Wib. Sejumlah seniman duduk setengah lingkaran menghadap patung-patung kecil dari batu yang berbentuk kura-kura dan ditaburi bunga mawar merah.

Tak berapa lama, salah satu seniman membakar kemenyan dan proses ritual ruwatan pun dimulai. Ruwatan hanya berlangsung sekitar 30 menit. Setelah memanjatkan doa dan semedi ruwatan selesai digelar.

"Kita akan menyambut acara besar, Konferensi Asia Afrika (KAA), kegiatan ini sebagai tolak bala agar acara KAA sukses," ujar salah satu seniman Kota Bandung, Abah Landoeng, Kamis (2/4/2015).

Selain kesuksesan KAA, kegiatan ini bertujuan agar penguasa berbuat baik, jujur, dan transparan. Hal-hal tidak semestinya seperti pemindahan tiang bendera dari tempatnya semula bisa disadari sehingga tiang bendera yang merupakan artefak sejarah tersebut bisa dikembalikan ke tempat semula.

Seniman lainnya, Abah Nanu, mengungkapkan, ritual ini digelar untuk mengingatkan agar hal-hal berbau sejarah seperti tiang bendera Gedung Merdeka jangan diganti. Tiang bendera di gedung Merdeka tak hanya tiang biasa tapi sudah menjadi simbol negara dengan historikal yang cukup panjang.

"Karenanya harus dipelihara. Jangan dirusak untuk kepentingan estetika. Kembalikan tiang bendera ke tempatnya semula. Tidak boleh dipindahkan ke tempat lain," ucapnya.

Sementara itu, salah satu tokoh pemuda di Bandung, Budi Dalton, mengungkapkan modernisasi kota yang dilakukan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan pemimpin daerah lainnya tidak salah. Namun, modernisasi yang dilakukan jangan mendangkalkan makna sejarah seperti kasus tiang bendera saat ini.

"Contohnya Gunung Padang. Dulu ada sebagian orang menolak dijadikan cagar budaya karena sebaiknya di-ekskavasi dulu. Tapi akhirnya Gunung Padang dijadikan cagar budaya, setelah itu tidak boleh ada pemindahan apapun," tuturnya.

Begitupun dengan Gedung Merdeka. Gedung yang dibangun tahun 1921 oleh arsitek Belanda, CP Wolff Schoemaker merupakan cagar budaya. Itu artinya semua perubahan harus ada kajian yang mendalam.

"Saya pun mengkritik tentang acara KAA di Bandung. Kalau dilihat rundown-nya, kegiatan di Bandung tidak ada yang substansial. Sayang anggaran dihambur-hamburkan untuk kegiatan yang tidak substansial," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com