Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Pemulangan Pengungsi Sinabung Terancam Batal

Kompas.com - 10/02/2015, 19:45 WIB

KABANJAHE, KOMPAS.com —  Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dikhawatirkan mengganggu rencana pemulangan 2.442 pengungsi dari Desa Sukanalu dan Sigarang-garang, Kecamatan Namanteran, yang awalnya dijadwalkan pada 12 Februari. Pemerintah setempat masih akan berkoordinasi dengan Badan Geologi guna mengevaluasi rencana tersebut agar tidak membahayakan penduduk.

Bupati Kabupaten Karo Terkelin Brahmana, Selasa (10/2/2015), mengatakan, letusan pada hari Senin kemarin membahayakan pemulangan pengungsi yang direncanakan pada pekan ini.

”Kami akan melihat perkembangan dalam beberapa hari ke depan. Jika situasi aman, menurut rencana, akan terus dilanjutkan. Kami minta pengungsi bersabar dan tetap waspada seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik,” ujarnya.

Para pengungsi dari dua desa tersebut sudah hidup di pengungsian selama hampir 1,5 tahun terakhir. Padahal, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menyatakan bahwa permukiman mereka yang berada di timur laut Gunung Sinabung aman dari ancaman awan panas. Untuk itu, menurut rencana, pada 12 Februari para pengungsi dari 795 keluarga tersebut akan dipulangkan secara serentak.

Kendati demikian, sejumlah warga Desa Sukanalu dan Sigarang-garang saat ditemui di pengungsian masih khawatir dengan ancaman letusan Gunung Sinabung. Hasan Sitepu (47), warga Sukanalu, mengatakan, setelah tidak ada aktivitas yang signifikan selama sebulan terakhir, letusan kuat pada Senin kemarin menimbulkan ketakutan di antara sebagian besar pengungsi.

”Sebenarnya kami berharap dapat secepatnya pulang. Namun, kami sekarang jadi takut, Sinabung meletus besar lagi,” ujar Hasan, yang mengungsi bersama tiga anggota keluarganya di Posko Gereja GBKP Kabanjahe.

Sementara Sadan Ginting (55), yang juga pengungsi, menuturkan, pemerintah telah mengumumkan pemulangan para pengungsi sejak pekan lalu dan hingga kini belum ada perubahan jadwal. Dia berharap dapat segera pulang karena sudah merasa tidak nyaman tinggal begitu lama di pengungsian.

Awan panas

Sementara itu, hingga Selasa pagi, aktivitas gunung setinggi 2.460 meter tersebut masih relatif tinggi. Bahkan, tercatat beberapa kali meluncurkan awan panas. Data PVMBG menyebutkan, sejak Senin pukul 18.00, selama 12 jam, terjadi 54 kali gempa guguran. Selain itu, tercatat 15 kali gempa frekuensi rendah, 11 kali gempa hibrid, dan 1 kali gempa vulkanik dalam.

Koordinator Pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG Armen Putra mengatakan, sejak erupsi pada Senin pagi, gempa tremor menerus masih terjadi.

Pada Selasa pagi, seluruh tubuh gunung tertutup kabut tebal sehingga tidak terlihat jelas. Namun, lanjut Armen, dari pantauan menggunakan kamera inframerah, teramati dua kali awan panas guguran dengan jarak luncur sejauh 3.500 meter ke arah selatan. ”Kalau kolom abu tertutup kabut, jadi tidak terpantau,” katanya.

Armen mengungkapkan, hingga saat ini status Gunung Sinabung masih ditetapkan Siaga (Level III). Untuk itu, ditetapkan radius steril sekitar 5 kilometer pada bagian selatan dan tenggara gunung serta 3 kilometer untuk bagian wilayah lainnya. (GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com