Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Miskin Masih Jadi Anak Tiri

Kompas.com - 26/01/2015, 16:27 WIB

KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda mengenai kisah Winda Sari (25), pasien tunawisma yang mendapatkan perlakuan diskriminatif dari Rumah Sakit Abdul Moeloek, Lampung (Kompas, 18/1/2015)?

Winda, yang keluar dari rumah sakit milik pemerintah pada 4 Januari, akhirnya kembali dirawat pada 8 Januari 2015. Winda bisa dirawat kembali setelah berita mengenai dirinya yang keluar rumah sakit menggunakan gerobak sampah menggemparkan Lampung.

Sayangnya, kini Winda telah pergi untuk selamanya. Tim dokter RSUD Abdul Moeloek menyatakan, istri Sagimin (33) itu meninggal pada Rabu (21/1) petang. Ia meninggal setelah dirawat intensif di ICU selama 9 hari.

Ketua Tim Penanganan Pasien RSUD Abdul Moeloek dr Putu Yunita mengatakan, Winda meninggal karena shock septik dan gangguan faktor pembekuan darah.

”Jumlah trombosit di tubuh pasien menurun drastis. Pasien sempat mengalami pendarahan hebat. Ini terjadi karena bakteri dan kuman dari luka di kakinya sudah menjalar ke seluruh tubuh,” jelasnya.

Putu mengatakan, kondisi kesehatan Winda memburuk. Sebelum meninggal, ia mengalami demam tinggi. Sebelum kondisi Winda kian memburuk, tim dokter memberikan obat-obatan khusus untuk menenangkan pasien yang didiagnosis mengalami episode depresi sedang oleh spesialis kesehatan jiwa itu.

Sejak saat itu, Winda dirawat di ICU RSUD Abdul Moeloek hingga meninggal. Saat meninggal, ia hanya ditemani suaminya dan anak semata wayangnya. Sejumlah wartawan dan relawan yang mendampingi Winda sejak ia keluar dari rumah sakit memakai gerobak, hanya bisa berdoa dari luar ruang ICU.

Malam itu juga Winda dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Jagabaya 1 milik RSUD Abdul Moeloek. Sejumlah pejabat Rumah Sakit dan Dinas Provinsi Lampung pun hadir.
Bukan kali pertama

Derita warga miskin yang sakit dan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari rumah sakit bukan kali pertama terjadi di Lampung. Belum genap setahun lalu, mencuat kasus pembuangan pasien oleh oknum pegawai RSUD A Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung. Kasus itu mengakibatkan pasien, kakek Edi, meninggal. Enam pegawai honorer yang berperan sebagai eksekutor serta Kepala Bagian Pelayanan Umum dan Kepala Ruangan yang didakwa sebagai auktor intelektualis kini dipenjara.

Opini publik menyebut orang miskin masih menjadi anak tiri dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Seorang keluarga pasien di RSUD Abdul Moeloek pun mengakui hal itu terjadi padanya.

”Ibu saya sudah tujuh bulan dirawat karena sakit batu ginjal. Sampai sekarang tidak dioperasi. Dokter beralasan kondisinya belum stabil. Masak selama tujuh bulan tak pernah satu hari saja stabil?” tanya warga yang tak mau disebut namanya.

Andi, warga lain, mengatakan, ibunya dirawat di kelas III RSUD Abdul Moloek dengan menggunakan jalur Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS). Ia berharap ibunya segera dioperasi agar tidak perlu berlama-lama di rumah sakit.

Kepala Bagian Perencanaan dan Rekam Medik RSUD Abdul Moeloek Elitha M Utari mengatakan, rumah sakit tidak pernah berniat menganaktirikan orang miskin yang ingin dirawat. Ia bahkan mengatakan, siap menampung pasien miskin yang tak memiliki jaminan kesehatan atau kartu identitas sekalipun.

”Apabila ada pasien miskin atau tunawisma yang dibawa ke sini, kami akan beri pelayanan yang sama hingga dinyatakan sembuh. Apabila dinyatakan sembuh, pasien akan kami serahkan ke Dinas Sosial,” ujarnya.

Elitha mengatakan, rumah sakit hanya mampu memberikan pelayanan medis. Dampak sosial dari pasien itu menjadi tanggung jawab Dinas Sosial.

Kasus pasien miskin yang mendapat perlakuan diskriminatif dari rumah sakit juga mengundang reaksi dari Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Lampung. Lembaga negara yang bertugas memantau pelayanan publik itu kini melakukan investigasi atas kasus ini.

”Rumah Sakit adalah bagian dari pelayanan dasar kesehatan masyarakat. Orang telantar hingga pejabat negara harus mendapat pelayanan yang sama. Kelas di rumah sakit hanya digunakan untuk membedakan fasilitas yang mereka terima,” jelas Kepala ORI Lampung Zulhelmi. (ANGGER PUTRANTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com