Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidanakan Pendemo Sendok "Rp 1 Miliar", Wali Kota Makassar Diperiksa

Kompas.com - 23/01/2015, 18:47 WIB
Kontributor Makassar, Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto akhirnya diperiksa sebagai korban dalam laporannya terkait aksi unjuk rasa mahasiswa yang menolak anggaran pengadaan sendok Rp 1 miliar. Ramdhan dimintai keterangan di Markas Polda Sulselbar, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (23/1/2015).

Pemeriksaan terhadap Wali Kota Makassar yang akrab disapa Danny ini dibenarkan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar Komisaris Besar (Kombes) Polisi Endi Sutendi. Endi mengungkapkan, wali kota Makassar diperiksa dari pukul 14.15 Wita sampai pukul 15.20 Wita. Danny dicecar 25 pertanyaan.

"Danny dimintai keterangannya mengenai penghinaan, pencemaran dan membuat perasaan tidak enak yang diduga dilakukan oleh seseorang dari sekelompok massa pada saat unjuk rasa di rumah jabatan (rujab) wali kota Makassar di Jalan Penghibur beberapa waktu lalu. Sehingga yang bersangkutan membuat laporan pengaduan ke polisi," kata Endi, Jumat.

Selain memeriksa Danny, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda Sulselbar juga telah memeriksa enam orang saksi terkait kasus tersebut.

Saat ditanya soal perkembangan kasus penikaman mahasiswa yang diduga dilakukan massa pendukung wali kota Makassar, Endi mengaku belum mengetahuinya.

"Kasus penikaman mahasiswa itu dilidik di Polrestabes Makassar. Kalau laporan wali kota, memang ditangani oleh Polda Sulselbar setelah ditarik dari Polrestabes Makassar. Coba tanyakan ke Polrestabes Makassar, Dinda," tutur Endi. [Baca juga: Laporan Wali Kota Makassar soal Demo Sendok Rp 1 Miliar Ditarik Polda Sulselbar]

Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polrestabes Makassar Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) M Endro tidak bisa dikonfirmasi karena ponselnya tidak aktif.

Sebelumnya telah diberitakan, rumah wali kota Makassar yang terletak di Jalan Penghibur sebulan terakhir terus didemo kelompok mahasiswa yang menolak RAB rumah tangga rumah jabatan wali kota akhir Desember 2014 hingga awal tahun 2015. [Baca juga: Tolak Anggaran Sendok Rp 1 Miliar, Massa "Teror" Rumah Wali Kota]

Danny pun telah mengungkapkan bahwa puluhan orang tersebut ditengarai massa suruhan mantan Wali kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin yang biasa nongkrong di Jalan Batu Putih. Dalam aksi itu, salah seorang pendemo, Rahmat (25), warga BTN Hamsi, blok B No 5 ditikam tangannya oleh massa simpatisan wali kota Makassar. [Baca juga: Kronologi Penikaman Pendemo Pengadaan Sendok Rp 1 Miliar]

Puluhan mahasiswa dari Barisan Elemen Mahasiswa dan Masyarakat Makassar (BEMM Makassar) ini melakukan aksi demonstrasi sebanyak delapan kali. Mereka menolak pembelian sendok seharga Rp 1 miliar, pembelian ranjang wali kota Makassar seharga Rp 220 juga, pembelian selimut Rp 80 juta, pembelian kulkas untuk rumah jabatan Rp 15 juta, pembelian jet ski Rp 700 juta dan pembuatan website per kecamatan seharga Rp 60 juta. [Baca juga: Pemkot Makassar Ajukan Dana Pengadaan Sendok Hampir Rp 1 Miliar]

Mahasiswa juga mendesak kepada Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto agar meminta maaf secara terbuka atas karut marutnya pembahasan RAPD Kota Makassar yang tidak prorakyat dan insiden penghinaan dan pemukulan terhadap mahasiswa di kantor Balai Kota Makassar, 1 November 2014 lalu. [Baca juga: Wali Kota Makassar: Saya Juga Kaget Kenapa Ada Sendok Rp 1 Miliar]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com