Dalam kuliah tersebut, Imam yang mantan mahasiwa Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Arab itu lebih banyak bercerita tentang bagaimana dia masuk kuliah.
"Saya dari kalangan orang miskin, orangtua saya hanya bisa membayar kuliah satu semester pertama saja, selebihnya saya mencari uang sendiri," katanya di hadapan para mahasiswa dan sejumlah dosen pengajar.
Karena tidak memilliki uang lebih, mantan sekretaris jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu memilih tinggal di masjid dan mushala daripada tinggal di kamar kos. Di situ, dia sambil mengajar ngaji, karena sebenaranya, cita-cita Imam adalah menjadi pengajar.
"Jadi tidak pernah ada di benak saya menjadi politisi, atau bahkan sampai menjadi menteri seperti saat ini," ujarnya.
Dia juga menceritakan cara dia mencari uang sambil belajar. Di akhir pekan, kisah Imam, saat semua teman-temannya berkunjung ke tempat teman perempuannya, Imam memilih berkeliling pasar menjual produk kaligrafi ke sejumlah pasar seperti Pasar Krian di Sidoarjo hingga pasar Wonokromo di Surabaya. Hasilnya, uang itu cukup dipakai untuk membayar kuliah dan membeli motor untuk sarana transportasi.
Imam mengaku hanya ingin agar pengalaman itu menjadi inspirasi bagi mahasiswa bahwa tidak ada yang tahu tentang nasib seseorang ke depan.
"Yang bisa dilakukan saat ini adalah belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik, bagaimanapun keadaannya," terang Imam.
Siang itu, Imam seperti menjadi figur yang dielu-elukan oleh mahasiswa yang datang di forum kuliah umum. Bahkan saat keluar gedung, banyak mahasiswa yang berebut ingin berfoto "selfie" dengannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.