Menurut Rusdy, longsor itu juga karena struktur tanah dan bebatuan di kawasan tebing rapuh dan tidak terlindungi. Dia memaparkan hasil kajian cepat terhadap banjir dan longsor di Aceh tersebut, di Banda Aceh, Kamis (6/11/2014).
“Struktur tanah dan bebatuan di lereng dan kemiringan lereng yang terjal ditambah lagi gerusan air dengan intensitas tinggi yang terjadi pekan lalu terus menambah beban di tanah lereng sehingga tanah longsor karena dalam kondisi lapuk,” jelas Rusdy, dalam paparannya.
Menurut Rusdy, kondisi yang sama terlihat pada semua lokasi longsor di kawasan Pegunungan Paro, Kulu, dan Geurutee. Dia menyatakan ada 35 titik longsor mulai dari yang terbesar hingga bagian kecil.
“Untuk mengatasi hal ini memang perlu penanganan yang intensif dan pastinya memerlukan biaya tinggi," kata Rusdy. MEnurut dia ada beberapa langkah antisipasi bisa dilakukan. "(Seperti) penguatan slope (lereng), memasang rock bolts, atau memasang cable netting, seperti yang banyak juga dilakukan di luar negeri,” papar dia.
Rusdy juga menyatakan pemerintah hendaknya juga harus berpikir ulang dan melakukan kajian lebih dalam untuk wacana membuka jalur terowongan di kawasan pegunungan Geurutee. Alasannya, sebut dia, struktur batu dan tanah di kawasan tersebut rapuh dan mudah longsor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.