Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan, Warga Lereng Merbabu Mandi Air Bercampur Kotoran Manusia

Kompas.com - 06/11/2014, 20:39 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com – Puluhan warga Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang berkumpul di pinggir jalan kampung setempat, Kamis (6/11/2014) siang. Mereka tampak membawa beberapa ember, jerigen dan galon. Sebagian dari mereka bahkan menggendong anaknya yang masih balita.

Tidak lama kemudian datang sebuah mobil bak terbuka yang mengangkut bak berisi sekitar 2.000 liter air bersih. Seketika itu juga ibu-ibu itu langsung menyerbu mobil berwana hitam itu, mereka mengantre untuk mendapatkan air bersih itu.

Sejak dua pekan lalu, warga yang tinggal lereng Gunung Merbabu itu memang kesulitan air bersih. Bantuan air bersih dari pemerintah desa dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat hanya cukup untuk kebutuhan konsumsi saja.

“Kekeringan tahun ini memang agak parah, sumber air yang mengalir ke rumah kami benar-benar mengering. Mau tidak mau kami harus berjuang ngantre begini,” kata salah seorang warga lereng Merbabu, Sri Asih (32) kepada Kompas.com, Kamis.

Sedangkan untuk mandi dan mencuci, lanjut Sri, warga terpaksa memanfaatkan air sungai di dekat dusun yang kondisinya jauh dari layak. Mereka juga harus berbagi dengan warga dari dusun lain karena sungai itu satu-satunya yang ada di daerah mereka.

“Kami terpaksa pakai air sungai itu untuk mandi, mencuci pakaian dan alat rumah tangga. Padahal airnya agak kotor, bahkan banyak kotoran manusia, karena banyak juga yang terpaksa buang hajat di sungai itu,” tutur Sri yang mengaku pernah terkena kotoran manusia saat sedang mandi.

Sementara itu, Kepala Desa Krogowanan, Sugiyono memaparkan, selain Dusun Keron, terdapat enam dusun lainnya di Desa Krogowanan yang mengalami kekeringan, antara lain Dusun Tlatar, Karangrejo, Karanglo, Krogowanan, Talaman, dan Nglulang.

“Sumber air di Dusun Keron dan Nglulang sudah kering total. Sementara Dusun lainnya masih bisa untuk mandi meskipun saat ini cenderung menipis,” kata Sugiyono.

Dalam dua hari sekali, imbuh Sugiyono, ada bantuan dropping air bersih yang berasal dari BPBD dan pemrintah desah setempat, yang mencapai 10.000 liter. Namun, bantuan itu dirasa tidak cukup seiring dengan permintaan yang semakin tinggi.

Untuk mengantisipasinya, Sugiyono mengaku sudah merelakan dana pribadinya untuk mengangkut air bersih dari sumber mata air Banyu Temumpang yang lokasinya jauh di bawah Desa Krogowanan.

“Saya pribadi sudah dropping air bersih sekitar 70.000 liter pakai mobil pikap milik saya. Langkah ini saya ambil karena anggaran Pemdes hanya Rp 700.000, itu tidak cukup,” ungkap Sugiyono.

Sugiyono menduga, kekeringan yang terjadi di Desa Krogowanan merupakan dampak perbaikan irigasi di atas wilayah desa oleh Pemerintah Kabupaten Magelang. Karena selama ini ternyata, warga hanya memakai air resapan irigasi, bukan langsung dari sumber mata air untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kami berharap perbaikan irigasi segera diselesaikan, dan adanya pengangkatan sumber mata air, agar kami segera dapat mendapatkan air bersih langsung dan sumbernya, bukan resapan," tandasnya.

Sugiyono menyebutkan, di Desa Krogowanan ada sekitar 800 kepala keluarga (KK) dan 2.300 jiwa yang membutuhkan air bersih. Pihaknya sudah melaporkan masalah ini ke BPBD Kabupaten Magelang.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com