Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Nelayan Cianjur, Susi Bikin Landas Pacu dan SMK Kelautan

Kompas.com - 29/10/2014, 15:26 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Bagi nelayan di Cianjur selatan, Susi Pudjiastuti sangat berjasa. Selain membuka infrastruktur pendukung usaha penjualan hasil laut, Susi juga mendirikan sekolah menengah kejuruan jurusan kelautan. Berikut catatan wartawan Kompas.com yang pernah meliput Susi saat uji coba pesawat menuju Cianjur selatan.

Nadin Pascale kecil merengek. Anak perempuan Susi Pudjiastuti ini ingin pergi ke Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, satu pesawat bareng sang ibu. Melihat itu, Susi mendekati sang anak.

Dengan lembut ia mendekati sang anak, memeluk, dan mendudukkannya di pangkuan. Dalam bahasa Inggris, Susi menjelaskan kenapa Nadin tidak boleh berada dalam satu pesawat dengan dirinya.

“Penerbangan kali ini berbeda. Kita akan uji coba mendaratkan pesawat di runway yang baru selesai dibangun. Jadi, setelah pendaratan kali ini berhasil, baru Nadin akan dijemput untuk menyusul,” tutur Susi di Bandara Nusawiru Pangandaran, Agustus 2005 silam.

Setelah berhenti merengek dan dihadiahi senyuman serta kecupan sang ibu, Nadin mengantarkan sang ibu, ayah, dan enam orang wartawan naik pesawat dengan lambaian tangan. Di perjalanan, Susi menjelaskan kekayaan laut di Jawa Barat. Sesekali ia pun menunjukkan biota laut yang terlihat dari atas pesawat.

“Potensi ikan di lautan Jabar itu besar dan berkualitas ekspor. Tapi potensi itu belum dimanfaatkan optimal karena nelayan sulit memasarkannya,” ungkap Susi.

Ia menjelaskan, infrastruktur darat di Cianjur selatan yang belum mendukung berimbas pada rendahnya harga ikan. Kondisi ini diperparah dengan kesegaran ikan. Jika terlalu lama di darat tanpa pembekuan yang bagus, ikan akan cepat busuk yang ujungnya akan berpengaruh pada harga. Jadi, sebesar apa pun potensi ikan, nelayan tidak banyak diuntungkan karena banyak faktor.

Hal itulah yang menarik Susi untuk membuat runway di Cianjur. Keputusan Susi disambut baik para nelayan dan warga Cianjur selatan. Sebab, begitu Susi masuk, harga ikan naik dua kali lipat. Seperti ikan layur, yang tadinya hanya dihargai Rp 10.000 per kilogram, naik menjadi Rp 30.000 per kilogram.

“Buat nelayan, Susi sangat membantu,” ungkap Taufik Maulana, tokoh pemuda Cidamar, Cidaun, Rabu (29/10/2014).

Sambutan hangat warga ini diperlihatkan begitu pesawat berhasil mendarat dengan mulus. Berbagai macam makanan disediakan oleh warga. Susi pun tampak akrab bercengkerama bersama nelayan dan keluarganya. Tak ada batas sedikit pun.

“Buat kami mah, Bu Susi teh penyelamat. Berkat beliau, saya jadi punya tabungan. Asalnya mah enggak,” ujar Yuli, warga Cidaun.

Susi memang dikenal warga Cidaun sebagai seorang dermawan. Siapa pun yang membutuhkan bantuannya, dengan tangan terbuka ia akan menolongnya. Termasuk ketika ia melihat perjuangan warga Cidaun untuk mengenyam pendidikan.

Dirikan SMK kelautan

Berada di ujung Cianjur membuat Cidaun seperti daerah terisolasi. Untuk pergi ke Cianjur kota, warga membutuhkan waktu enam jam dengan menggunakan kendaraan dan melintasi jalanan bebatuan yang melelahkan.

Karena akses yang sulit, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menjual hasil bumi, terkadang warga Cidaun lebih memilih Ciwidey, Kabupaten Bandung. Jarak keduanya lebih dekat, meskipun kondisi jalan saat itu belum terlalu bagus. Bagi orang yang belum terbiasa, perjalanan ini bisa membuat badan remuk redam.

Begitu pun dalam hal pendidikan. Banyak anak Cidaun yang tidak melanjutkan pendidikan karena terbentur biaya. Setidaknya, bagi orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya, ia harus menyiapkan uang puluhan ribu untuk naik ojek atau angkutan umum. Namun, jangankan untuk menyekolahkan, kebutuhan hidup sehari-hari pun sulit untuk mereka penuhi.

Hingga akhirnya Susi mendirikan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang fokus di bidang kelautan. Warga pun semringah, apalagi ketika Susi menjanjikan lulusan SMK tersebut akan bekerja di perusahaan yang dimiliki Susi.

Kebahagiaan warga bertambah tatkala warga yang tidak mampu tidak dibebankan biaya. Yang penting anak tersebut bersedia sekolah.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com