Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Anak Dikeluarkan dari SD Setelah Dituding Sogok Pantat Teman

Kompas.com - 17/10/2014, 08:59 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Seorang anak SD bernama Makmun Hasan Adi Saputra (12) terpaksa harus berpindah-pindah sekolah lantaran dikeluarkan oleh pihak SD Windusari 1, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.

Siswa kelas IV itu dituding telah melakukan kenakalan, yakni menyogok pantat salah seorang teman sekolahnya, berinisial MDM (12), menggunakan tangan. Putra, panggilan bocah laki-laki itu, bercerita bahwa peristiwa terjadi pada 20 September 2014 lalu. Ketika itu, ada beberapa murid kelas IV, termasuk MDM, yang sedang bergurau di kelas.

Tanpa sebab, Putra yang juga berada di dalam kelas, tiba-tiba dituding menyogok pantat MDM. "Tahu-tahu mereka menuduh saya menyogok pantat MDM, padahal saya tidak melakukannya. Saya difitnah," kata Putra saat ditemui di rumahnya di RT 3, RW 7, Dusun Depok, Desa Windusari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Kamis (16/10/2014).

Sepekan setelah kejadian itu, pihak sekolah melayangkan surat kepada keluarga Putra. Surat itu berisi pengantar bahwa Putra akan dipindahkan ke sekolah lain, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ngadisono, Kecamatan Windusari.

"Saya diminta untuk tanda tangan di surat itu. Saya sendiri tidak tahu apa maksud surat itu karena saya ini orang bodoh dan miskin," tutur ibu Putra, Ngaisah (50).

Putra kemudian bersekolah di MI Ngadisono. Namun, baru dua hari bersekolah, Putra kembali dikeluarkan oleh pihak MI Ngadisono. "Alasannya gara-gara ada SMS yang dikirimkan ke salah satu guru MI tersebut, yang melarang menerima Putra. Akhirnya, dia dikeluarkan,'' ujar Ngaisah.

Orangtua Putra kemudian mengurungkan niat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah lain karena khawatir akan kembali ditolak. "Selama di rumah menunggu mendapatkan sekolah, anak saya membantu bapaknya mencari rumput dan kayu," ucap Ngaisah.

Namun beruntung, saat ini Putra sudah bisa bersekolah di MI Balesari, Kecamatan Windusari, meski terletak sekitar 3 kilometer dari rumahnya.

Paman Putra, Usman (50), menyayangkan sikap sekolah yang terkesan memaksa keponakannya itu untuk pindah ke sekolah lain. Menurut dia, jika Putra memang melakukan tindakan tidak benar, maka pihak sekolah seharusnya memberi bimbingan. ''Perlu dibina dulu, tidak harus langsung dikeluarkan,'' tandas Usman.

Saat dikonfirmasi secara terpisah, Kepala SD Windusari 1 Suadi mengatakan bahwa pihaknya sebenarnya masih bersedia membimbing Putra. Namun, orangtua Putra memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain. "Soal ada intervensi dari pihak lain, saya tidak tahu,'' kata Suadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com