Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara "Jamban", Jawa Barat Disorot Dunia...

Kompas.com - 16/10/2014, 09:45 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Buruknya sanitasi di 27 kota/kabupaten di Jawa Barat mengundang perhatian dunia. Perwakilan dari berbagai organisasi dunia seperti WHO, Global Fund, dan USAID pun datang ke Bandung untuk ikut membantu.

"Sanitasi kita memang masih kurang memadai. Masih banyak yang melakukan buang air besar sembarangan (BABS). Itulah mengapa lembaga-lembaga dunia berpartisipasi mengeluarkan Jabar dari masalah ini," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Alma Lucyati, Kamis (16/10/2014).

Alma mengatakan, buruknya sanitasi di Jabar karena berbagai hal. Di antaranya, jumlah populasi penduduk yang padat. Normalnya, perbandingan luas wilayah dengan  jumlah penduduk sekitar 1 km :1000 orang. Namun di lapangan perbandingannya mencapai 1:1200.

Kondisi ini membuat warga Jawa Barat kekurangan udara dan lahan. Itulah yang terjadi di perkotaan. Sedangkan di perdesaan, banyak warga yang masih menggunakan aliran sungai untuk kebutuhan sehari-hari karena belum ada MCK (mandi, cuci, kakus).

"Masih banyak yang nyuci, mandi, bahkan buang air besar di aliran sungai yang sama. Ini tentu tak baik untuk kesehatan, masyarakat terancam penyakit diare dan kulit," terangnya.

Salah satu daerah yang disorot adalah Kabupaten Bandung. Sebenarnya, pada 2013 lalu, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, melakukan survei Enviromental Health Risk Assesment. Survei yang menggunakan teknik sampling stratified itu, menetapkan 26 kecamatan dan 75 desa sebagai sampel studi.

Hasilnya, 13,7 persen dari sekitar 3,3 juta warga Kab. Bandung, buang air besar di MCK umum. 3,6 persen di sungai, 2,9 persen di selokan, 0,4 persen di kebun, 4 persen pada WC di atas kolam, 0,6 persen di lubang galian. Sementara dalam hal saluran buangan tinja, 51,8 persen tidak mengalir ke tangki septik.

Hal serupa terjadi di Cianjur. Sekitar 440 ribu jiwa atau sekitar 20 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Cianjur sebanyak 2,2 juta jiwa, masih menggunakan aliran sungai untuk MCK. Salah satu lokasinya, berada di Cianjur Selatan.

Karena itu, sambung Alma, diperlukan kebijakan semua pihak untuk menyelesaikan persoalan ini. Ia pun berterima kasih pada masyarakat dunia yang membantu Jabar melepaskan diri dari masalah ini.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, sejumlah daerah di Kabupaten Bandung masih memanfaatkan aliran sungai yang warnanya sudah kecokelatan. Seperti Kampung Sirnasari Desa Batukarut Kecamatan Arjasari. Setiap saat, mereka menggunakan aliran sungai di daerahnya untuk berbagai kehubutuhan.

"Dari dulu kami memanfaatkan sungai ini. Airnya memang sudah tak sejernih dulu. Tapi mau apa lagi, kami tidak punya dana untuk buat MCK, apalagi jamban," ungkap salah satu warga, Eli (48).

Eli menjelaskan, bulan lalu desa sebelah mendapat bantuan MCK. Mudah-mudahan, dalam waktu dekat, kampungnya mendapat bantuan serupa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com