Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lukisan Goa di Sulawesi Bakal Gairahkan Ekonomi

Kompas.com - 11/10/2014, 02:51 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

KOMPAS.com - Keberadaan lukisan stensil tangan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi yang dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia, bisa menggairahkan ekonomi non tambang.

Situs itu akan menarik kedatangan warga dari berbagai penjuru dunia yang ingin mengetahui seni peninggalan manusia zaman purba. Pakar Karst ITB DR Pindi Setiawan mengatakan, hal ini harus dimanfaatkan dengan tetap memerhatikan kondisi lingkungan.

"Mereka yang penasaran tentu akan berbondong-bondong untuk datang, terlebih lagi ekonomi non tambang ini sedang digalakkan oleh banyak pihak," ujarnya saat dihubungi Jumat (10/10/2014).

Hal itu akan menggerakkan perekonomian lokal. Ia mengatakan, ada tiga wilayah yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu kawasan di atas bebatuan karst, kawasan di sekitar karst serta kawasan sub-karst atau yang berada di dalam bumi. Ia menekankan pentingnya regulasi pemerintah terkait pemanfaatan kawasan itu agar situs terjaga dengan baik.

Pihak Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Makassar, sambungnya, bisa bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup untuk melakukan penelitian terhadap kondisi lingkungan di kawasan tersebut.

"Kalau memang dirasa penting, bisa saja sampai di kementerian. Yang pasti harus ada penelitian resmi, seberapa besar dampak debu dari pabrik atau kegiatan warga pada situs itu," ujarnya.

Bebatuan karst ungkapnya sangat rentan dengan perubahan lingkungan atau perubahan iklim. Ia mengatakan, kondisi bebatuan akan menyesuaikan dengan banyaknya perubahan tersebut.

"Ini yang seharusnya diperhatikan. Ini menjadi tantangan. Penelitian itu penting agar gambar-gambar yang ada masih bisa dipertahankan lama," jelasnya.

Seperti diketahui, lukisan stensil tangan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi, dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia. Lukisan itu lebih tua dari stensil tangan di El Castillo yang berusia 37.300.

Usia lukisan stensil tangan tersebut diketahui lewat penelitian hasil kerjasama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Makassar, University of Wollongong, dan Universitas Griffith sepanjang tahun 2011-2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com