Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lingkungan di Areal Temuan Seni Cadas Tertua di Dunia di Maros Harus Dijaga

Kompas.com - 10/10/2014, 16:29 WIB
Kontributor Semarang, Puji Utami

Penulis

KOMPAS.com - Lukisan stensil tangan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi, dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia. Terkait hal itu, lingkungan di sekitar kawasan karst haruslah dijaga dengan baik oleh semua pihak. Sebab hal itu penting bagi kelestarian keberadaan lukisan stensil yang ditemukan di ceruk goa tersebut.

"Keberadaan goa itu dekat sekali dengan pemukiman dan pabrik, jadi tentu saja sangat dekat dengan aktivitas manusia modern," ujar pakar karst Institut Teknologi Bandung (ITB) DR Pindi Setiawan saat dimintai komentarnya melalui sambungan telepon, Jumat (10/10/2014).

Sayangnya, Pindi mengatakan, belum ada penelitian terkait temuan itu. Padahal batuan karst sangat rentan berubah dengan adanya perubahan lingkungan di sekitarnya. Hal ini menurut Pindi menjadi tantangan untuk menjaga keberadaan situs-situs tersebut.

Pindi mengatakan, dalam 20 tahun terakhir banyak lukisan stensil tangan tersebut yang gambarnya hilang atau memudar. "Dengan mata tidak kelihatan, tapi jika difoto atau menggunakan alat tertentu masih bisa terlihat. Dan terkait lingkungan ini perlu adanya penelitian resmi," ungkap dia.

Menurut Pindi, kondisi lingkungan memang yang sangat berpengaruh. Seperti halnya dulu belum ada pabrik semen dan marmer, namun sekarang ada. Dulu belum ada kendaraan bermotor, namun sekarang banyak digunakan penduduk. Perubahan aktivitas manusia modern, banyaknya debu dan adanya kerusakan lingkungan ungkapnya tidak menutup kemungkinan beberapa tahun mendatang seni cadas tersebut takkan lagi terlihat.

Ia mengatakan, perlu ada penelitian dan aturan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada jarak tertentu dari depan goa. "Misal 10 meter, 100 meter atau satu kilometer dari goa," kata dia.

Penduduk sekitar, ungkap Pindi, biasanya sudah mengetahui jika di kawasan itu banyak ditemukan seni cadas. Pada situs yang memang sudah diteliti, akan diberi tanda untuk tidak digunakan beraktivitas.

Sebab itu, untuk menjaga keberadaan situs, perlu dijaga lingkungan yang kondusif bagi pelestariannya. "Ini perlu kerjasama semua pihak, baik pemerintah, penduduk maupun pihak yang mendirikan kawasan pabrik di sekitar pegunungan karst tersebut," ujar dia.

Seperti diberitakan lukisan stensil tangan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi, dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia. Lukisan itu lebih tua dari stensil tangan di El Castillo berusia 37.300 tahun yang sebelumnya dianggap sebagai yang tertua.

Usia lukisan stensil tangan tersebut diketahui lewat penelitian hasil kerjasama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Makassar, University of Wollongong, dan Universitas Griffith sepanjang tahun 2011-2013.

Lukisan stensil tangan tersebut sebenarnya telah ditemukan bertahun-tahun lalu. Namun, penanggalan sebelumnya mengungkap bahwa usia lukisan tersebut jauh lebih muda dari yang terukur dalam studi ini.

Dalam riset hingga tahun lalu, tim arkeolog menggunakan metode penanggalan uranium thorium. Cara ini dinyatakan lebih akurat dari penanggalan karbon, dilakukan dengan mengukur perbandingan isotop uranium dan thorium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com