Tak hanya sekadar beristirahat, pejalan kaki, Wahadi (55) bersama istri Iyah (50), dan cucunya Nok Ani (6), warga Desa Kenanga, (tetangga Desa Kejuden-red), menyempatkan meminum satu gelas air, dari dalam gentong yang disediakan di teras rumah Kang Jamal.
Namun, ada yang unik, gentong tersebut tertutup rapat tudung saji dari anyaman bambu, dan ditemani cibuk (alat seperti gayung –red) dari batok kelapa. Tidak tertinggal, beberapa buah gelas untuk minum air orang yang melintas di depan rumah.
“Ini namanya Gentong Haji Mas. Gentong yang diisi air, dan sudah didoakan saat pengajian malam hari. Jadi walaupun sedang panas menyengat, setelah meminum satu gelas air gentong haji ini, terasa adem dan sejuk,” terang Wahadi yang sudah berhias keriput di wajah.
Bukan hanya penghilang dahaga, dan penyejuk tenggorokan, lanjut Wahadi, air gentong haji dianggap menyimpan berkah. Setiap orang yang meminum, berharap agar diberikan kemudahan untuk berangkat haji, seperti salah satu anggota tuan rumah yang menyediakan gentong haji.
“Sampai usia tua ini, setiap kali melihat gentong haji di teras rumah orang, saya berusaha meminumnya. Saya berharap, besok atau lusa, dikasih kesempatan berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji, seperti keluarga ini, Amin,” Gumam Wahadi yang kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
Baca juga: "Gentong Haji", Doa dan Harapan dengan Sedekah Air...