Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap PSK Insaf, 3 Peraih Juara MTQ Diarak Melewati Lokasi Pelacuran

Kompas.com - 10/09/2014, 16:46 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com — Ratusan warga Jimbaran, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Rabu (10/9/2014) sore, tumpah ruah di jalanan menyambut kedatangan tiga kafilah asal Desa Blater yang berhasil menjuarai lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional di Provinsi Jambi.

Arak-arakan atau pawai taaruf sejauh dua kilometer tersebut dimulai dari kawasan Samban yang dekat dengan lokasi pelacuran Tegalpanas hingga kawasan Bandungan. Ketiga kafilah MTQ tersebut merupakan santri dan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mas’udiyyah yang terletak di Dusun Blater, Desa Jimbaran, Kecamatan Bandungan. Ketiganya ialah Slamet Fajar Wahyuni yang meraih juara dua MTQ tingkat nasional; Makruf, peraih juara harapan satu; dan Hamdanah, juara harapan dua.

Selain sebagai rasa syukur, pawai taaruf tiga kafilah MTQ itu juga bertujuan untuk menyiarkan nilai relijius kepada masyarakat di Bandungan yang selama ini hidup di pusaran bisnis hiburan malam dan prostitusi.

"Harapannya agar masyarakat dan PSK maupun pemandu karaoke dan pekerja hiburan tergugah untuk selalu meningkatkan keimanan," kata Pengasuh Ponpes Al Mas’udiyyah, Fatkhurohim.

Menurut pria yang akrab dipanggil Kiai Fat ini, keberhasilan santri dan santriwatinya yang asli putra Bandungan sebagai juara MTQ tingkat nasional itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak semua warga Bandungan itu jelek karena berdekatan dengan kawasan hiburan.

“Kegiatan itu inisiatif masyarakat, sebagai rasa syukur atas prestasi yang telah diraih. Juga untuk menghilangkan image negatif di Bandungan. Masyarakat ingin membuktikan bahwa di Bandungan tidak semua negatif. Buktinya anak-anaknya juga banyak yang berprestasi di bidang keagamaan,” kata Fatkhurohim.

Di Bandungan, kata Kiai Fat, sebenarnya banyak pondok pesantren yang perannya sangat besar membentengi masyarakat, terutama anak-anak, dari pengaruh bisnis prostitusi di daerah itu.

“Di sini ada toriqoh setiap Senin dan Jumat, pesertanya sampai 2.000 lebih. Bahkan ada juga PSK yang mau bertobat ikut pengajian dan kembali ke masyarakat dengan baik," kata Kiai Fat.

Namun demikian, upaya pondok pesantren dalam memerangi penyakit masyarakat ini perlu mendapat dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat Bandungan sendiri.

"Salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan agar ekonominya meningkat, dan pemerintah tidak mudah memberikan izin hotel baru," sindirnya.

Sementara itu, Camat Bandungan Nanang Septiyana mengatakan, Pondok Pesantren Blater telah menunjukkan eksistensinya dengan mendidik para santri dan membina masyarakat sekitar dengan baik. Terbukti, banyak santri yang sukses menjuarai lomba. Bahkan banyak juga santri yang sukses berwirausaha.

“Saya sangat berterima kasih karena Ponpes Mas’udiyyah dapat membimbing masyarakat Bandungan. Ini menjadi berkah dan juga dapat menepis image negatif tentang Bandungan,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com