Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Jadi PSK demi Masa Depan Empat Anak Saya"

Kompas.com - 04/09/2014, 14:19 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Seorang perempuan berusia 41 tahun terlihat duduk di ruang tamu di sebuah wisma di lokasi pelacuran Suko, Dusun Suko, RT 29 RW 03, Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Ia adalah salah satu pekerja seks (PSK) di kawasan lokalisasi setempat. Saat ditemui, Kamis (4/9/2014), ia melempar senyum sambil mempersilakan Kompas.com duduk di ruang tamu wisma tanpa nama itu.

Perempuan yang mengaku kelahiran Kabupaten Jember itu mengisahkan perjalanannya hingga menjadi penghuni di lokasi prostitusi Suko. "Saya bisa di sini, panjang ceritanya. Yang jelas, saya janda beranak empat sejak 2001 lalu," akunya.

Sebelum perempuan berinisial EST itu nekat bekerja di Suko, dia menjadi PSK di "Gunung Sampan" di Situbondo. "Di sana, saya hanya setahun, lalu diajak teman pindah ke sini," kata dia.

EST nekat berprofesi menjadi "pelayan" pria hidung belang sejak ditinggal mati suaminya, yang dibacok oleh perampok yang masuk ke rumahnya di Jember. "Dulu saya keluarga baik, harmonis. Anak saya sudah empat," kata dia.

Setelah tak kuat menahan penderitaan dan harus menanggung kebutuhan keempat anaknya, EST memutuskan untuk menjadi pekerja seks. "Saya pamit ke anak saya bekerja di Jakarta menjadi pembantu rumah tangga. Saya pulang ke Jember, setiap tiga bulan sekali ketemu anak saya," ungkapnya.

Kini, anak EST sudah beranjak dewasa. Ada yang sudah hampir lulus SMA, dua masih SMP, dan satu lagi sudah tidak sekolah setelah lulus MTs. "Mereka hidup bersama neneknya. Semua kebutuhan mereka, saya yang menanggungnya," kata dia.

"Jika lokasi pelacuran Suko ditutup, siapa yang akan memberi makan dan siap membayar biaya sekolah anak-anak saya? Saya jadi PSK demi masa depan empat anak saya," kata EST lagi.

EST mengaku menerima kebijakan penutupan lokasi pelacuran Suko, jika pemerintah memberikan solusi yang tidak merugikan bagi PSK dan mucikari. "Harus ada uang kompensasi, untuk modal usaha atau pekerjaan lainnya. Saya malah bangga jika diberikan pekerjaan," ujar dia.

Selama ini, pemerintah daerah belum memberi kejelasan apakah ada uang pengganti kerugian atau tidak. "Kami juga rakyat yang ingin hidup seperti layaknya rakyat lainnya. Saya di sini bukan karena kemauan pribadi. Saya di sini atas dorongan dan desakan kebutuhan ekonomi, demi masa depan empat anak saya," kata dia dengan mata berkaca-kaca, dan kemudian menolak melanjutkan cerita perjalanan hidupnya.

Pemerintah Kabupaten Malang pada November 2014 mendatang akan menutup tujuh lokasi pelacuran secara serentak. Hingga kini, pemerintah belum siap memberikan kompensasi kepada semua PSK dan mucikari karena pemerintah daerah tidak pernah memberikan izin operasi ke semua kawasan lokalisasi.

Menurut data di Pemerintah Kabupaten Malang,
dari tujuh tempat pelacuran, terdapat 327 PSK dan 84 mucikari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com