Parwidi mengaku memandikan jenazah Rabiah setelah korban dipulangkan dari RS Bhayangkara Semarang. "Saya tidak kabur. Saya ikut juga memandikan mbah Rabiah. Saya menyesal," ungkap Parwidi di Mapolres Semarang, Senin (18/8/2014) siang.
Kepada wartawan, dia mengaku membunuh Rubiah karena sakit hati. Lalu dia pun merancang sebuah kejahatan merampok harta neneknya itu. Untuk melakukan aksinya, Parwidi mengajak teman-temannya yang memang sedang butuh uang untuk kebutuhan hidupnya.
“Iya, semua saya yang merancang. Itu karena saya jengkel kepada mbah Rubiah. Sebab sejak SD, mbah Rubiah sepertinya membenci saya. Sebenarnya saya tidak berencana membunuh, tetapi ingin memiliki perhiasannya,” kata
Awalnya, polisi mencurigai Parwidi karena ada keterkaitan dengan mobil pikap dan sepeda motor teman-temannya yang datang di rumah Parwidi. Kecurigaan semakin mengerucut ketika teman-teman Parwidi yang tidak jauh dari tempat kejadian ternyata tidak ada di rumahnya masing-masing.
Polisi kemudian mengejar tiga tersangka yang kabur ke Kabupaten Grobogan. Mereka diringkus di rumah saudaranya dan digelandang ke Mapolres Semarang untuk menjalani pemeriksaan.
“Motifnya ingin menguasai harta milik korban. Otak dalam peristiwa itu adalah cucu korban yakni Parwidi,” ungkap Kapolres Semarang, AKBP Augustinus Berlianto Pangaribuan.
Saat ini Parwidi dan ketiga komplotannya mendekam di sel tahanan Mapolres Semarang. Parwidi mengaku sangat menyesal aksi pencurian yang dirancangnya berujung pada kematian neneknya. Bahkan ia sendiri mengaku belum sempat menikmati hasil perampokan itu.
"Perhiasan nenek saya laku dijual 4.8 juta. Tapi jatah saya belum sempat diberikan, kita keburu ditangkap," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.