"Tanaman tembakau butuh waktu enam bulan sampai masa panen, bila bergantung pada satu tanaman saja kami tidak bisa berbuat banyak ketika harga jualnya anjlok. Itu sebabnya petani di sini banyak mengadopsi tumpangsari," kata Supar (50), salah satu petani warga Desa Batur, Kecamatan Getasan, Selasa (6/5/2014).
Menurut Supar, mereka sengaja memilih jenis sayuran yang bisa dipanen dalam waktu relatif singkat agar tidak mengganngu pertumbuhan tanaman tembakau. Di antara sayuran yang ditanam itu adalah kubis, wortel, brokoli, dan sawi. "Hasil penjualan sayuran bisa menopang biaya produksi," ujar dia.
Sukimin (47), petani dari dusun Tekelan, menambahkan ancaman bagi petani tembakau sekarang adalah curah hujan yang masih cukup tinggi di wilayah tersebut mengakibatkan tanaman utama mereka itu rawan terserang hama orong-orong.
Hama dari jenis serangga berwarna coklat ini, kata Sukimin, sifatnya merusak tanaman karena memakan bagian batang tanaman berumur muda. "Yang menjadi masalah sekarang justru orong-orong dan curah hujan yang tergolong tinggi. Petani masih mengandalkan obat yang disarankan petugas penyuluh pertanian," ujar dia.
Kepala Distanbunhut Kabupaten Semarang, Urip Triyoga, mengatakan curah hujan yang masih tinggi sekarang menjadi persoalan karena kelembaban tanah setelah hujan membuat hama berkembang biak. "Di Getasan ada Sekolah Lapangan, saya akan perintahkan petugas untuk melakukan kajian guna menentukan langkah penanganan hama," kata Urip.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.