Hari Kartini, Bupati Kendal Tak Pakai Kebaya karena Badannya Gemuk

Widya mengaku tidak memakai baju kebaya karena sudah tidak cukup. Kondisi itu disebabkan tubuhnya yang bertambah gemuk.

Dia sempat menghubungi beberapa salon yang menyewakan pakaian kebaya, tapi semuanya sudah habis dipesan orang.

“Badan saya sudah mekar 2 kali lipat. Kebaya saya sudah tidak ada yang cukup,” katanya sambil tersenyum lebar.

Terkait momen Hari Kartini, Widya menyatakan bahwa saat ini diskriminasi gender terhadap perempuan masih ada. Apalagi di lingkungan keluarga. Orangtua, menurut dia, masih membedakan tugas-tugas anak perempuan dan laki-laki.

“Kita sering melihat, bapak atau ibu, selalu tidak memperbolehkan anak perempuannya memperbaiki genteng rusak, atau anak laki-laki tidak pernah disuruh beli bumbu di pasar. Ini membuktikan perbedaan gender masih ada di keluarga,” jelasnya.

Widya menambahkan, di keluarganya, pendidikan persamaan gender sudah diterapkan. Sewaktu masih remaja, kenang Widya, dirinya tidak pernah dilarang oleh orangtuanya untuk memperbaiki genteng bocor.

Demikian juga ketika dirinya sedang mencuci motor, maka kakak lelakinya lah yang pergi belanja ke pasar.

“Hasilnya seperti sekarang. Pendidikan persamaan gender ini kami terapkan pada anak-anak saya,” terangnya.

Widya meminta kepada kaum wanita yang ada di Kabupaten Kendal, khususnya, supaya tidak hanya memperingati Hari Kartini saja, tetapi juga harus menerapkan pelajaran Kartini.