Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Kering, Pasokan Air Bersih di Nunukan "Ngadat"

Kompas.com - 15/04/2014, 14:12 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Hampir satu minggu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tidak beroperasi melayani 2.500 pelanggannya. Kepala Bagian Administrasi PDAM Nunukan Suparlan Kasmin mengatakan, PDAM kesulitan mendapatkan pasokan air karena embung Sungai Bilal yang mengering.

“Sejak tanggal 9 April PDAM sudah tidak bisa operasional lagi terutama di Sungai Bilal karena memang debit air di sana sudah kering. Sampai saat ini kita masih menunggu bagaimana air bisa naik. Mudah-mudahan mulai hujan, insyaallah hari kamis kita mulai operasional. Itupun sifatnya sementara. Kalau hujan turun lagi, embung Sungai Bilal hanya mencukupi untuk seminggu ke depan,” ujar Suparlan Kasmin, Selasa (15/4/2014).

Selain mengandalkan air hujan, Sungai Bilal sebenarnya memiliki mata air permukaan yang mampu menyuplai 20-30 liter air per detik. Namun sekarang, tinggal 3–5 liter per detik.

"Rusaknya daerah tangkapan air juga mempengaruhi ketersediaan air di embung Bilal. Idealnya Nunukan ini memiliki daerah tangkapan hujan seluas 7.700 hektar. Tetapi semakin banyaknya pemukiman penduduk serta maraknya perambahan hutan lindung membuat kawasan tangkapan hujan itu itu semakin menyempit. Apalagi ditambah dengan maraknya warga menanam sawit. Kita ketahui sawit itu adalah tumbuhan yang banyak menyedot air, sehingga menyebabkan air permukaan itu mengering,” tuturnya.

Selain dari Sungai Bilal, PDAM Nunukan juga mendapat suplai dari Sungai Bolong. Namun keberadaan Sungai Bolong juga semakin mengkhawatirkan. Dari Sungai Bolong, PDAM mampu melayani hingga 2.000 pelanggan.

“Sungai Bolong sekarang juga mulai menciut. Padahal sungai Bolong adalah satu satunya sungai terpanjang yang ada di Nunukan. Kesulitan paling parah dialami PDAM sejak beroperasi tahun 1983 ya tahun ini, bulan April 2014. Dulu biar kemarau panjang tidak sampai kering begini karena masih ada kawasan tangkapan air hujan,” tambahnya.

Macetnya layanan PDAM dikeluhkan ribuan pelanggan. Warga terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air dari mobil tangki. Salah satu pelanggan PDAM Muhtar warga Gang Delima Jl. Tien Suharto terpaksa mengeluarkan biaya hingga 40 ribu rupiah untuk sekali mengisi profil tangki isi 110 liter.

“Biaya jadi lebih mahal. Tapi mau bagaimana? Daripada untuk buang air saja tidak ada, terpaksa beli,” ujar Muhtar yang pasrah mengetahui macetnya layanan PDAM karena keringnya embung Bilal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com