Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MoU Monorel Bandung Raya dan Alat Pembakar Sampah Diteken

Kompas.com - 08/04/2014, 18:06 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat  Ahmad Heryawan menandatangani nota kesepahaman rencana pembangunan monorel (Masrapid Transit/MRT) Bandung Raya dan pengelolaan sampah dengan sistem alat pembakar sampah (incinerator) di TPPAS Legok Nangka bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wali Kota Cimahi Atty Suharty, Bupati Bandung Dadang M. Naser, Bupati Bandung Barat H. Yayat S, Bupati Garut Rudi Gunawan dan Bupati Sumedang yang diwakili Sekda Sumedang Zainal Alimin. Penandatanganan dilakukan di Aula Barat Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/4/2014).

"Yang namanya perkotaan identik dengan padat penduduk, macet dimana-mana, itu tabiat perkotaan. Salah satu solusinya yaitu transportasi masal dengan pembangunan monorel. Para bupati dan wali kota sepakat, salah satu langkah konkretnya memproses berbagai perizinan terkait pembangunan agar pembangunan monorel dapat tecapai dengan cepat," kata Heryawan.

Dia mengatakan, tahap pertama pembangunan monorel akan meliputi Leuwi Panjang Kota Bandung, Gedebage Kota Bandung sampai dengan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, dengan jarak keseluruhan 27 kilometer. Rencananya, pembangunan monorel akan mulai dikerjakan pada bulan Juli 2014.

"Ya, mepet-mepetnya bulan Agustus 2014 lah sudah dimulai," ucapnya.

Heryawan mengatakan, dalam pembangunan monorel Bandung Raya ini, pihaknya bekerjasama dengan China.

"APBD enggak ada. Kita bekerjasama dengan China, sifatnya business to business," katanya.

Heryawan berharap, monorel di Bandung ini merupakan monorel terhebat di Indonesia. 

"Mudah-mudahan menjadi monorel terhebat yang pertama dibangun di Indonesia. Dan kita juga bisa mengalahkan monorel yang di DKI Jakarta," harapnya.

Persoalan kota lainnya, lanjutnya, adalah persoalan sampah. TPPSA Legok Nangka yang berada di kawasan antara Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung akan menjadi tempat pembuangan dua kota dan empat kabupaten di Jabar itu. Gubernur menginginkan sistem pembuangan sampah itu memakai sistem incinerator.

"Kenapa incinerator karena kami ingin sampah itu hilang dengan sebenar-benarnya. Teknisnya nanti kita bicarakan, yang jelas kami sepakat bahwa sampah harus diolah dan diproses sehingga menghasilkan keuntungan," katanya.

Heryawan menambahkan, sampah merupakan biang penyakit bagi masyarakat. Dengan pengurangan dan pengolahan sampah yang baik, dengan begitu penyakit masyarakat bisa hilang.

"Sampah itu sumber utama lahirnya penyakit kan ya. Kalau sekarang kita bisa mengolah sampah dengan baik, maka penyakit juga hilang, kesehatan masyarakat juga kan terjamin," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com