Dua SD yang tercatat ditinggal para gurunya, yakni SD Inpres Ukalahin Kecamatan Air Buaya dan SD Inpres Modanmohe. Salah seorang warga Air Buaya, Kabupaten Buru, Kisman Ibrahim mengatakan, kekosongan guru di dua sekolah itu sudah terjadi lebih dari setahun lalu. Para guru lebih memilih beraktivitas menjadi penambang dibanding menjadi uru di sekolah akibatnya siswa di dua sekolah itu hingga kini terlantar.
“Kondisi ini sudah terjadi sejak lama, itu karena para guru lebih memilih menjadi penambang ketimbang mengajar di sekolah,” kata Kisman.
Sebelumnya, kasus serupa juga telah disampaikan salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Maluku, Anna Latuconsina saat dirinya melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Buru, saat itu Anna menemukan adanya sejumlah sekolah yang ditinggl para guru dengan alasan menambang. Terkait masalah itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi Maluku, Semy Risambessy mengakui jika kondisi tersebut lebih disebabkan karena para guru lebih memilih beraktifitas sebagai penambang.
“Tentunya kita sangat sesalkan hal seperti itu. Tapi memang mau gimana para guru disana ada yang masih dbayar Rp 600.000 per bulan, akhirnya mereka lebih memilih menjadi penambang daripada tenaga pengajar," ungkap Semy kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku, Jumat (21/3/2014).
Dia mengungkapkan, terkait kekosongan tenaga guru di sejumlah sekolah di wilayah terpencil di Maluku pihaknya telah mendistribusikan 1.500 guru ke seluruh kabupaten Kota di Maluku untuk mengatasi masalah tersebut.
”Jadi langkah ini adalah upaya untuk mengatasi masalah kekurangan guru yang ada di sekolah-sekolah khususnya untuk daerah terpencil di Maluku,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.