Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Korban Banjir Minahasa: Hanya Itu yang Tersisa...

Kompas.com - 01/02/2014, 15:47 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MINAHASA, KOMPAS.com - Brian Worang, bocah berusia 9 tahun ini risau. Dia mengeluh sudah lebih dari dua minggu tidak bersekolah. Rumahnya yang terletak tepat di samping bentaran sungai di Kelurahan Tikela, Lingkungan Satu, Kecamatan Tombulu, Minahasa, lenyap diterjang banjir.

"Tidak ada yang tersisa. Semua hanyut, saya belum ke sekolah, seragam sekolah juga hanyut," ujar Brian dengan polosnya, kepada Kompas.com, Sabtu (1/2/2014).

Brian kemudian mengajak Kompas.com melihat bekas rumahnya yang berada di dekat jembatan Ring Road. Dia lalu menunjuk lantai rumahnya.

"Hanya itu yang tersisa," ujarnya pelan.

Rabu (15/1/2014) pagi, Brian sedang tidur-tiduran. Hujan deras membuat dirinya berserta belasan anak lainnya di Tikela tidak pergi ke sekolah. Mereka memilih tinggal di rumah. Pada saat sedang tidur-tiduran itu, air tiba-tiba meluap.

"Saya kaget air sudah hampir lutut. Saya lalu lari keluar, bangunkan oma di rumah sebelah," cerita Brian.

Brian menyaksikan sendiri, bagaimana beberapa saat kemudian, banjir bandang tersebut menyeret rumahnya. Rata tanah, dan hanya menyisahkan lantai saja. Kedua orang tuanya saat itu tidak berada di rumah.

Kini Brian bersama puluhan anak lainnya, saban hari berdiri di tepi jalan. Mereka meminta sumbangan dari pengendara yang melintasi daerah tersebut, untuk sekadar buat makan hari itu.

Brian masih beruntung karena masih bisa mengungsi ke rumah saudaranya yang tidak jauh dari lokasi rumahnya. Tetapi, puluhan warga Tikela lainnya terpaksa menginap di kolong jembatan Ring Road.

Nola Touliu, warga Tikela mengeluhkan penyaluran bantuan yang tidak merata. Nola bersama warga lainnya mengakui bahwa bantuan hanya sampai di Posko Bencana dan tidak menjangkau lokasi mereka.

Hal senada disampaikan Kepala Lingkungan Satu, Tikela, Edy Worang. Menurutnya, Posko Bencana yang dirikan justru bukan ditempati oleh warga korban banjir. Sementara mereka yang kehilangan rumah, harus mencari sendiri tempat berlindung.

Kisah Brian hanyalah satu dari seribu persoalan yang harus dihadapi pemerintah pascabanjir bandang dan longsor menerjang Sulawesi Utara. Ribuan kepala keluarga lainnya telah kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi.

Di Manado, Pemerintah Kota telah berjanji segera akan memprioritas pembangunan tempat tinggal pengganti bagi korban banjir yang kehilangan tempat tinggal. "Sesuai petunjuk dari Menko Kesra, pemerintah pusat siapkan dana untuk pembangunan rusunawa sebagai tempat relokasi korban banjir dan longsor. Yang kehilangan rumah dan yang rumahnya tidak memungkinkan lagi untuk ditempati karena rusak berat akan diprioritaskan," kata Sekretaris Daerah Kota Manado Harvey Sendoh.

Semoga berbagai program pemulihan paska bencana bisa menjangkau warga yang benar-benar menjadi korban seperti Brian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com