"Mau tinggal dimana lagi? Semua rumah kami hanyut disapu banjir. Tidak ada yang tersisa, kayu sepotong pun tidak tersisa," keluh Nola Tololiu, warga Tikela, Kamis (30/1/2014).
Hal yang sama diungkapkan Kepala Lingkungan Satu, Edy Worang yang rumahnya juga ikut tersapu banjir. "Belum ada bantuan sampai di sini, bantuan yang ada hanya sampai di posko tapi tidak sampai di sini," tegas Edy.
Beberapa rumah warga yang tepat berada di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Sawangan tersapu banjir bandang yang menerjang pada Rabu (15/1/2014). Edy bahkan menyesalkan posko bantuan yang didirikan terlihat malah dijadikan tempat mengonsumsi minuman keras.
"Di situ kan ada kepala desa, semestinya dia juga lihat kami yang ada di lingkungan satu ini. Posko itu hanya dipakai sebagai tempat minum-minum saja," keluh Edy.
Karena tidak tahu mau tinggal dimana, beberapa warga yang rumahnya hilang terpaksa tinggal di bawah kolong jembatan yang merupakan bagian dari Jalan Ring Road. Mereka memanfaatkan sisa-sisa bangunan lalu mendirikan pondok agar bisa berteduh. Sementara untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, mereka terpaksa meminta sumbangan dari pengendara yang lewat di situ.
Dua pekan pasca-banjir bandang di Sulawesi Utara, banyak persoalan justru muncul ke permukaan. Ratusan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, sementara ribuan lainnya harus menghadapi kenyataan kehilangan harta benda karena rumah mereka rusak parah. Penanganan pasca-bencana harus segera dilakukan. Warga berharap pemerintah tidak lambat menyalurkan berbagai bantuan, terutama perbaikan fasilitas umum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.