Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manado Porak-poranda akibat Banjir Bandang

Kompas.com - 16/01/2014, 12:52 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MANADO, KOMPAS.com — Akibat terjangan banjir bandang, Rabu (15/1/2014), Kota Manado, Sulawesi Utara, berantakan dan porak-poranda, Kamis (16/1/2014).

"Kemarin kami tidak bisa lihat apa akibat yang ditimbulkan banjir. Tadi malam lampu mati, pagi ini baru kami terkejut, betapa dahsyat terjangan banjir kemarin," ujar Leo, warga Ketang Baru, Kecamatan Singkil, Manado.

Leo seakan tidak percaya ketika air sudah surut dan melihat akibat yang ditimbulkan. Lumpur tebal yang dibawa banjir tertinggal di atap rumah yang masih utuh. Sementara perabot rumah rusak diterjang air yang datang tiba-tiba tersebut.

Di wilayah-wilayah terdampak yang paling parah, warga umumnya mengeluhkan kerusakan yang ditimbulkan. "Hampir tidak ada yang bisa diselamatkan, semua rusak," tambah Marini yang mengais di antara puing-puing.

Di kawasan bisnis Jalan Sudirman hingga siang ini masih lumpuh. Kantor-kantor yang terdapat di sepanjang kawasan itu belum beraktivitas. Para karyawannya terlihat mencoba membersihkan lumpur yang tersisa akibat banjir kemarin.

Selain di Kecamatan Singkil, wilayah yang mengalami kerusakan parah juga terdapat di Kecamatan Tikala, Wanea, dan Sario. Terdapat 11 kecamatan yang terkena dampak banjir bandang kemarin.

Pantauan Kompas.com sejak tadi pagi, ratusan kendaraan baik roda dua maupun roda empat terlihat terempas banjir. Kendaraan-kendaraan tersebut masih terjebak di lumpur dan belum diungsikan oleh pemiliknya. Beberapa kendaraan lainnya terlihat rusak berat.

Kondisi saat ini membuat perekonomian Kota Manado secara umum terhambat. Beberapa pusat perbelanjaan terlihat masih tutup. Mereka memulangkan karyawannya sejak Rabu (15/1/2014) siang kemarin, ketika air mulai naik.

Beberapa warga mengakui banjir yang menerjang Manado kemarin merupakan salah satu banjir terparah selama ini. "Ini bahkan melebihi banjir dahsyat pada tahun 2000 lalu. Entah berapa banyak lagi yang menjadi korban," ujar Epeng, warga Tikala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com