Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Beri 1.000 "Septic Tank" untuk Bersihkan Danau Toba

Kompas.com - 17/12/2013, 16:32 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis


PEMATANGSIANTAR, KOMPAS. com - Pemerintah Jepang melalui Kementerian Lingkungan Hidup mereka memberikan bantuan untuk pengendalian limbah cair domestik yang ada di perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Bantuan dimaksud berupa pengadaan 1.000 septic tank yang akan dibuat di beberapa wilayah yang padat permukiman dan padat industri di sekitar Danau Toba.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara, Hidayati saat mendampingi perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, Profesor Abi dan Weda dari Japan International Coorporation Agency (JICA) untuk melakukan survei ke Danau Toba, Selasa (17/12/2013).

Menurut Hidayati, program pengadaan septic tank ini bermula ketika pihaknya pernah diundang ke Jepang, dan menyaksikan pihak kementerian lingkungan negara tersebut mampu mengendalikan sungai dan danau dari polutan limbah cair.

"Saya pernah diundang ke Jepang. Mereka melakukan riset di sebuah danau di Ciba, mereka mampu mengendalikan fosfor dari danau. Saya berpikir, kenapa ini tidak dapat diterapkan di Sumatera Utara," kata Hidayati.

Menurutnya, pengelolaan limbah cair di Indonesia, termasuk Sumatera Utara belum dilakukan dengan benar. Danau Toba sebagai ikon di Sumatera Utara, kata Hidayati, harus diselamatkan dari pencemaran yang bersumber limbah cair domestik. Apalagi di kawasan danau sangat banyak beroperasi Industri perhotelan, restoran, peternakan, perikanan, kehutanan hingga permukiman yang membuang limbah cair secara langsung ke Danau Toba.

"Jadi teknologi septic tank yang mereka miliki nantinya diterapkan di sekitar Danau Toba. Septic tank ini sudah berwawasan lingkungan. Limbah cair yang masuk ke septic tank dengan kondisi yang paling buruk, nanti akan keluar dengan BOD (Biologycal Oxcygen Demand) 20. Padahal, secara nasional BOD itu sekitar 100. Jadi yang keluar ke danau atau sungai aman untuk biota," jelas Hidayati.

Tahap awal, kata dia, akan dilakukan survei ke Ajibata, Kabupaten Tobasa dan Parapat, Kabupaten Simlaungun. Nantinya pada 2014 di lokasi yang padat permukiman dan usaha ini akan dipasang sekitar 500 septic tank. Kemudian juga di wilayah Pangururan, Kabupaten Samosir dan Porsea di Kabupaten Tobasa.

"Target kita tahun 2014 sudah dilakukan pemasangan septic tank tersebut. Sebenarnya pada tahap awal sudah dilakukan di Kota Tebing Tinggi, persisnya di daerah pasar tradisional di kota tersebut yang pembuangan limbahnya ke Sungai Padang. Di sana akan dipasang 10 septic tank dan sudah dilakukan survei," jelas Hidayati lagi.

Hidayati menegaskan, bantuan hibah pihak Jepang ini tidak dalam bentuk dana langsung, tetapi program. "Kita tidak menerima bantuan dana, tetapi program. Biar saja pihak Jepang yang langsung menangani pembuatan fisiknya di lapangan," ujarnya.

Untuk tingkat polutan di Danau Toba, dia menyatakan harus ada pengurangan sekitar 44 persen limbah yang bersumber dari limbah cair domestik seperti permukiman dan industri. Sedangankan dari perairan sendiri seperti keramba jaring apung milik masyarakat sekitar 8.400 dan 484 lainnya milik PT Aquafarm Nusantara, dimana 44 persen limbahnya harus diturunkan agar air Danau Toba tidak mengalami eutrofikasi atau pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.

Sementara itu, survei yang dilakukan tim dari Jepang juga didampingi beberapa staf BLH Sumatera Utara serta penggiat lingkungan Sumatera Utara seperti Dewi Taruna dan Fernando Sitanggang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com