Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandeng LPSK, Kontras Investigasi Kematian Fikri

Kompas.com - 13/12/2013, 18:39 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menggandeng Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk melakukan investigasi kasus kematian Fikri Dolasmantya Surya, saat mengikuti ospek Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur.

Kontras dan LPSK juga siap mendampingi para saksi yang mendapatkan teror atau ancaman dari pihak lain. Kini, Kontras sudah membentuk tim investigasi untuk menelusuri kasus kematian Fikri tersebut.

Hal itu disampaikan Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan Juanedy, kepada Kompas.com, Jumat (13/12/2013) di Kota Malang. "Tim kini menemui sejumlah mahasiswa baru jurusan Planologi yang menjadi rekan satu kelompok almarhum Fikri," katanya.

Andi membeberakan, berdasarkan keterangan awal yang dihimpun Kontras, dugaan kekerasan selama kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD) di Kawasan Pantai Goa Cina Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang itu, cukup kuat.

Misalnya, kata Andy, paman Fikri, Muhammad Nurhadi, menyebutkan dua kelopak mata Fikri digenangi darah. "Bahkan darah tercecer menodai baju Fikri," katanya.

Selain itu, pada alat kelamin Fikri, juga mengeluarkan cairan sperma. Hal itu adalah hasil visum luar pihak Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang.

Para saksi atau peserta lain ospek tersebut juga merasa takut mendapat ancaman. "Pengakuan langsung ada ancaman belum ada. tapi kita tetap menggandeng LPSK, untuk melindungi para saksi," katanya.

Selain itu, Kontras juga mendesak pihak ITN Malang, untuk bersikap objektif dalam menelusuri kegiatan KBD yang berujung pada hilangnya nyawa Fikri itu. "Rektorat jangan menelan mentah-mentah informasi yang didapatnya dari panitia kegiatan ospek," katanya.

Diberitakan sebelumnya, kepada Kompas.com, para saksi yang juga ikut ospek bersama Fikri, mengaku sudah banyak mendapatkan ancaman atau teror melalui telepon nomor tak dikenal. Hal itu membuat mereka takut memberi keterangan kepada polisi dan media.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com