Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Soepomo mengatakan, sesuai yang dijanjikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sekitar Juli atau sebelum bulan puasa sudah tidak ada lagi pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di sana.
"Sebelum puasa, para PSK sudah pulang dan dilarang kembali lagi," katanya saat menjelaskan grand design penutupan lokalisasi Surabaya, Senin (9/12/2013).
Kata Soepomo, penutupan lokalisasi itu untuk menghilangkan citra negatif Kota Surabaya yang terkenal dengan "kota PSK" agar menjadi kota produktif yang bebas dari praktik prostitusi.
"Kami sedang siapkan konsep pembangunan ekonomi kawasan Dolly berbasis aspirasi warga setempat," terangnya.
Dia mengakui, bakal dampak sosial lokalisasi tersebut bagi warga sekitar. Meskipun keberadaan lokalisasi itu berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi warga sekitar, ternyata ditemukan dampak negatif terhadap karakter moral warga Surabaya.
"Baru-baru ini saya dilapori ditemukan anak-anak lulusan SD yang menyewa PSK di Dolly. Kami sangat prihatin," terangnya.
Hasil pendataan pihaknya, saat ini ada sekitar 1.080 PSK di kompleks lokalisasi Dolly yang beroperasi. Mereka aktif di puluhan wisma dengan sekitar 300 lebih mucikari.
Pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jatim, dan Pemkot Surabaya menggelar berbagai program untuk mengembalikan para PSK menjadi perempuan harapan yang memiliki pekerjaan tetap yang lebih menjanjikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.