Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Gaya Seniman Magelang Mengkritisi Demokrasi

Kompas.com - 22/10/2013, 16:18 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com
- Sepasang patung figur laki-laki diarak oleh puluhan seniman yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) dari Hotel Pondok Tingal Borobudur, Kabupaten Magelang, menuju Patung Stupa, tidak jauh dari Candi Pawon di Dusun Brojonalan, Wanurejo, Borobudur.

Selama perjalanan sekitar 300 meter itu, secara bergantian para seniman yang berkostum dan berwajah tokoh wayang Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) menggotong patung sambil memercikan air kembang. Sesampai di lokasi patung stupa, mereka mengelilingi stupa beberapa kali hingga naik ke atas stupa sambil diiringi musik gamelan sederhana.

Beberapa saat kemudian, salah seorang seniman, Umar Chusaini melakukan orasi tentang keprihatinan sekaligus harapan kepada Bupati dan Wakil Bupati Magelang terpilih periode 2014-2019. Pada saat itu pula terjadi dialog antara seniman yang seolah-olah menggambarkan dialog antarrakyat dengan pemimpinnya.

Sebelumnya, seorang penyair Magelang, Hari Atmoko membacakan puisi bertema pesta demokrasi di Kabupaten Magelang yang sejatinya sarat intrik dan janji manis. Ya, performance art yang bertajuk “Jamasan Sang Pamomong” itu memang digelar untuk mengkritik roda demokrasi yang berjalan di Kabupaten Magelang, terutama menjelang Pemilihan Bupati (Pilbup) Magelang pada 27 Oktober 2013 mendatang.

Sepasang patung figur lelaki itu merupakan simbol Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Sedangkan tokoh Punokawan melambangkan orang kebanyakan yang memiliki karakter masing-masing peran dan profesi. Beberapa simbol elemen masyarakat juga terlibat di sini, di antaranya petani, guru honorer, tukang becak, dan seniman. Mereka mengungkapkan kegelisahan dan harapan kepada Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka.

Sujo, seorang petani asal Desa Krogonawan, Kecamatan Sawangan, mengutarakan harapannya agar Bupati terpilih sudi memperbaiki dan membangun irigasi baru di lahan pertanian di desanya. “Selain itu, kami juga ingin dibantu diberi bibit, pupuk dan peralatan pertanian yang berkualitas. Juga, ada subsidi pupuk dan obat-obatan,” ungkap Sujo sambil mengangkat cangkulnya, Selasa (22/10/2013).

Suara lain muncul dari seorang guru honorer, Purnomo asal Kecamatan Mungkin, yang memohon agar gaji dan tunjangan ditambah dan segera diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Dia menilai, tunjangan yang diterima selama ini masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi. “Angkatlah kami jadi PNS, sudah lama kami mengabdi menjadi guru honorer,” ucap Purnomo.

Setelah itu, disusul aspirasi lain dari pedagang asongan dan pengayuh becak yang menilai keberadaan Candi Borobudur belum memberikan kontribusi bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Kemudian, suara dari seniman yang juga memohon dibangunkan sebuah gedung kesenian yang representatif untuk pertunjukan dan pameran karya-karya para seniman.

Umar Chusaini, Ketua KSBI mengungkapkan, melalui kegiatan tersebut pihaknya menginginkan Pemilihan Bupati Magelang berjalan sukses. Namun pihaknya juga ingin menyampaikan aspirasi sekaligus mengingatkan bahwa siapapun nanti bupati yang terpilih, bisa menjadikan Kabupaten Magelang lebih baik, dan yang terpenting memperhatikan rakyat.

“Proses kami ingin mengingatkan kepada Bupati terpilih untuk tidak hanya memikirkan partai yang mengusungnya, akan tetapi juga masyarakat,” tandas Umar.

Seniman asli Borobudur itu juga berharap, Pemerintah Kabupaten Magelang memikirkan keberadaan Borobudur. Karena selama ini, menurutnya, Pemkab Magelang sama sekali belum menyentuh Borobudur.

“Selama ini, Pemkab tidak berpikir Borobudur suatu aset yang bisa memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Sementara, menurut kami, Bupati saat ini belum ada perhatian positif bagi seniman dan petani,” pungkas Umar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com