Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Pemukulan Pastor Berbelit, Padma Kecewa

Kompas.com - 18/10/2013, 06:07 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com — Koordinator Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Felixianus Ali, mengaku kecewa dengan keterangan saksi dalam sidang kedua pada kasus pemukulan Romo Oktovianus Neno. Pemukulan dilakukan oleh Mikhael Fransiskus Yunior Lopes alias Papi pada September 2013.

"Dua saksi yang dimintai keterangannya, yakni Charles Manek dan Martinus Mauk. Charles Manek, saksi pertama yang tampil, dimintai keterangannya menyebutkan bahwa pelaku (terdakwa) tidak mengeluarkan kata-kata makian dan jawaban yang dikeluarkannya itu berbelit sehingga membuat umat dan anggota keluarga dari pelaku mulai tidak tenang," ungkap Felixianus kepada Kompas.com, Kamis (17/10/2013).

Felixianus mengatakan, keterangan yang disampaikan oleh saksi pertama yang bernama Charles Manek itu terkesan menutupi kebenaran dari kasus yang menimpa Romo Okto Neno. "Antara saksi pertama dan saksi kedua terjadi pertentangan dan seolah-olah saksi pertama telah di-setting keluarga pelaku untuk membebaskan pelaku dari jeratan hukum," kata Felixianus.

"Dugaan kuat bahwa saksi pertama itu telah di-setting oleh keluarga pelaku bahwa pelaku tidak memukul dan mencaci maki korban. Lho, waktu kejadian itu Romo Okto Neno dengan sangat jelas mengatakan bahwa dia dipukul dan dicaci maki oleh pelaku. Saya melihat bahwa saksi pertama ini berusaha membohongi hakim. Hakim itu tidak bodoh karena hakim berpedoman pada laporan polisi," sambungnya.

Karenanya, Felixianus mempersilakan bila saksi tersebut bersikeras menutupi kebenaran. Tetapi harus diingat, kebenaran akan berbicara bahwa pelaku telah memukul dan mencaci maki korban. "Dugaan saya bahwa saksi pertama itu merupakan keluarganya pelaku," imbuh dia.

Persidangan itu dipimpin oleh ketua majelis hakim Leba Max Nandoko Rohi dan didampingi oleh dua hakim anggota, yakni Frans Kornelisen dan Theodora Usfunan. Diberitakan sebelumnya, Romo Oktovianus Neno dianiaya dua pemuda mabuk di jembatan Beko, Lokfau, Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat.

Kepada Kompas.com, Oktovianus mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi saat dia dalam perjalanan pulang dari menghadiri resepsi pernikahan kerabatnya di Nana Rae, Desa Naitimu. Di jembatan Beko, Oktovianus dicegat segerombolan pemuda yang sedang pesta miras. "Saya pun berhenti dan menurunkan kaca mobil bermaksud menanyakan alasan saya dicegat," ungkap dia.

Oktovianus mengaku mengenali dua pemuda yang mendatanginya, yakni Nando Lopez dan Papi Lopez. Tanpa bicara apa-apa, keduanya langsung mematikan mesin mobil dan mengambil kuncinya. "Saya pun dipukul oleh keduanya sebanyak tiga kali di bagian kepala hingga mengalami memar dan pusing-pusing," sambung Oktovianus.

"Saya dimaki oleh Nando dan Papi. Lalu mereka pukul kepala saya sehingga karena sedikit emosi, saya lalu balas pukul satu kali," tutur Oktovianus. Ketika Nando dan Papi memukuli Oktovianus, pemuda-pemuda yang ada di sekitar lokasi diam saja.

Nano dan Papi kemudian kabur, sementara Oktovianus kembali ke pastoran. Kabar pemukulan itu dengan cepat menyebar di antara warga. Mendengar tokoh agamanya dianiaya, ratusan warga mendatangi Gereja Roh Kudus Halilulik. Mereka mencari Nando dan Papi. Pelaku Yohanes Fransiskus Junior Lopez masih keponakan kandung dari Bupati Belu Joachim Lopez.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com