Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertikaian di Perbatasan, 1 WNI Terluka

Kompas.com - 16/10/2013, 20:03 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KEFAMENANU, KOMPAS.com - Pertikaian antara warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Timor Leste, belum mereda hingga Rabu (16/10/2013) malam.

Seorang warga Nelu, Alfredo Nono, mengatakan aksi saling lempar antara warga dua desa yang beda negara itu berlangsung hingga pukul 16.00 Wita. “Kita tadi baku lempar sampai jam empat sore. Satu orang warga Nelu atas nama Urbanus Abi terkena lemparan di bagian testa (jidat) hingga terluka, sementara itu dua warga Timor Leste juga kena lempar, satu di bagian kaki dan satu kena kepala,” ungkap Alfredo, kepada Kompas.com, Rabu malam.

Alfredo mengatakan, lokasi saling lempar antara dua warga tersebut namanya ‘Oel Snaen’ yang masih masuk dalam wilayah NKRI. ”Kita baku lempar di tempat terbuka dengan jarak lempar sekitar 100 meter. Jumlah warga kita yang baku lempar, sama banyak dengan Timor Leste,” jelas Alfredo.

Menurut Alfredo, konflik akan terus saja terjadi sebelum pemerintah pusat turun tangan untuk menyelesaikan persalan batas wilayah dengan pemerintah pusat Timor Leste.

Seperti diberitakan, gara-gara berebut tanah di wilayah zona netral, warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, terlibat saling serang dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Timor Leste.

Aksi saling serang dengan menggunakan batu dan kayu itu terjadi sudah sejak Senin (14/10/2013) kemarin hingga pagi tadi.

Dua orang warga Nelu, Petrus Oematan dan Marsel Teme, kepada Kompas.com, Rabu (16/10/2013), mengatakan, situasi sampai saat ini belum kondusif karena antara dua warga beda negara ini saling klaim tanah di wilayah zona netral tersebut.

"Mereka (warga Timor Leste, red) melakukan penggusuran untuk pekerjaan jalan raya dengan menggeser garis batas masuk ke wilayah NKRI sepanjang 500 meter, kemudian perusakan pilar batas oleh warga Timor Leste yang dibantu dengan militer Cipol. Padahal, pilar perbatasan itu sudah dibangun sejak tahun 1911," kata Petrus yang diamini Marsel.

"Puncaknya kemarin pada tanggal 10 Oktober 2013 forum koordinasi pemerintah desa bersama warga masyarakat mendesak warga Timor Leste untuk hentikan aktivitas pertanian mereka sehinga menyulut suasana semakin memanas sehingga selama dua hari berturut-turut terjadi saling lempar batu dan kayu antara kami dan warga Timor Leste," sambung Petrus.

Menurut Petrus, sejak kemarin, dua kompi Cipol Timor Leste disiagakan bersama masyarakat mereka dan para Cipol berjaga tidak di wilayahnya, tetapi malah berjaga masuk di wilayah Indonesia.

Dihubungi secara terpisah Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas ) RI-RDTL Batalyon Infantri 743/PSY Mayor (Inf) Budi Prasetyo membenarkan kejadian itu dan dia kini berada di lokasi berlangsungnya pertikaian itu.

"Sebetulnya tidak ada penyerangan, hanya terjadi kesalahpahaman saja dan saat ini situasinya sudah mulai kondusif," ungkap Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com