Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uang Penjualan Saham GWK Diduga Raib di Bank

Kompas.com - 16/10/2013, 15:34 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Pematung Garuda Wisnu Kencana (GWK), I Nyoman Nuarta, menduga, sebagian uang hasil penjualan saham GWK sebesar Rp 46,56 miliar raib dengan alasan pelunasan pajak.

Nyoman menjelaskan, perusahaan swasta bernama PT Alam Sutera membeli saham sepenuhnya dalam proyek pembangunan GWK dari PT Gain, anak perusahaan PT Multi Matra Indonesia (MMI) yang dikelola oleh Edi Sukamto alias Aliong dengan nilai total mencapai Rp 687 miliar.

Singkat cerita, setelah proyek tersebut dibeli oleh PT Alam Sutera, sebagian uang hasil penjualan saham sebesar Rp 600 miliar dibayarkan untuk melunasi utang piutang termasuk pajak-pajak yang belum lunas sejak proyek GWK bergulir 25 tahun lalu.

"Uangnya kita putuskan untuk ditabung di Bank Mandiri yang notabene adalah bank milik negara. Rp 600 miliar itu yang dibayarkan sesuai persetujuan dari direksi," kata Nyoman saat ditemui di studio Nuart Jalan Setraduta Kota Bandung, Rabu (16/10/2013).

Namun kemudian, setelah proyek yang sempat terbengkalai itu kembali berjalan, Nyoman tekejut saat menerima surat tagihan dari Bank Mandiri yang meminta Nyoman untuk melunasi pajak 2013 sebesar Rp 71 miliar pada bulan Mei 2013 lalu.

"Kenapa ada tagihan pajak lagi, kan sudah dibayar dalam Rp 600 miliar itu," keluh Nyoman.

Sementara itu, lantaran sisa uang pembelian saham yang ada di Bank Mandiri tinggal sekira Rp 47 miliar, uang yang bisa dicairkan untuk keperluan membayar pajak itu hanya Rp 46,56 miliar. Itu pun harus ditandatangani kedua pihak, Nyoman Nuarta dan Edi Sukamto sebagai pemegang saham terbesar.

Namun, dalam proses penarikan uang sejumlah Rp 46,56 miliar, Nyoman ternyata tidak dilibatkan. PT MMI, kata Nyoman, telah mengubah secara sepihak ketentuan pencairan uang di Bank Mandiri dengan hanya menyertakan satu tanda tangan, yaitu tanda tangan Edi Sukamto.

"Yang jadi pertanyaan, kenapa orang dari Bank Mandiri meminta maaf karena telah mencairkan uang Rp 46,56 miliar tanpa konfirmasi terlebih dahulu kepada saya? Jelas saya merasa ada rasa ketidaknyamanan. Bagaimana uang bisa raib dan ada urusan apa Bank Mandiri ngurusin pajak," tuturnya.

Nyoman pun menduga, ada upaya pembobolan atau penggelapan yang dilakukan oleh Edi Sukamto sebagai direktur utama PT MMI sekaligus pemegang saham. Ia pun meminta kejelasan dan transparansi uang sebesar Rp 600 miliar yang sebelumnya telah dibayarkan untuk membayar pajak.

"Uang yang dimiliki pemegang saham entah hilang dicairkan atau isitilahnya dibobol kita tidak tahu," ucapnya.

Di tempat yang sama, kuasa hukum I Nyoman Nuarta, Hotma Sitompoel, menegaskan, seluruh pajak dan utang-utang yang mengganjal dalam proyek GWK selama ini seharusnya sudah lunas dari pembayaran Rp 600 miliar.

Ia pun mempermasalahkan cara Edi Sukamto yang mencairkan sisa uang di rekening pembayaran saham proyek GWK dari PT Alam Sutera senilai Rp 46,56 miliar secara sepihak.

"Pajak sudah dibayar, datanya ada. Kemudian ada pajak lagi. Kok bisa gitu?" ujar Hotma.

Selain itu, Hotma juga menyayangkan sikap Edi Sukamto yang tidak kooperatif saat dimintai kejelasan tentang penggunaan uang sebesar Rp 600 miliar.  "Berulang kali (Edi Sukamto) diajak rapat umum pemegang saham (RUPS) tidak mau. Ini aneh," imbuhnya.

Untuk saat ini, pihak Nyoman Nuarta bersama kuasa hukumnya mengaku akan segera meminta kejelasan dari Bank Mandiri terkait permasalahan pajak tersebut. "Kita ingin meminta kejelasan dengan rapat pemegang saham untuk meminta kepastian pajak kita berapa," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com