Mereka menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Bupati Sumenep, Senin (23/9/2013). Dalam tuntutannya para pendemo menyerukan, pemerintah setempat harus segera mencarikan solusi darurat dalam mengatasi krisis BBM yang sudah terjadi selama dua pekan lebih.
Suryadi, koordinator aksi menyampaikan, sejak kepulauan mengalami krisis BBM, semua kegiatan masyarakat terhenti. Tak hanya aktivitas nelayan, tapi juga transportasi darat, penerangan listrik dan aktivitas pendidikan.
Tidak adanya solusi yang sifatnya darurat, menjadi catatan atas kegagalan pemerintah melindungi rakyatnya sendiri. "Pemerintah ini sudah berbuat zalim kepada rakyatnya sendiri. Masyarakat kepulauan yang sudah tertinggal, masih diperparah dengan tidak adanya BBM," ungkap Suryadi.
Setelah berorasi, mahasiswa kemudian menyandera sebuah mobil pelat merah. Mobil carry yang ditumpangi salah satu supir pemda itu kemudian ditendang, dan diduduki bagian atapnya.
Supir kendaraan itu kemudian disuruh pergi.
Khawatir terjadi perkelahian, supir itu memilih mengalah. Aksi penyanderaan itu sempat membuat polisi kebingungan. Namun akhirnya mobil dinas itu dilepaskan lagi karena bukan milik Pemkab Sumenep.
Sehabis memblokade jalan, mahasiswa kemudian kembali ke Kantor Dinas Bupati Sumenep. Di kantor itu, Bupati Busyro Karim informasinya akan menemui mahasiswa. Namun karena persyaratannya hanya perwakilan yang bisa berdialog, mahasiswa menolaknya.
Mereka menuntut ke 30 mahasiswa pendemo bisa masuk bertemu Busyro Karim. Permintaan itu ditolak, mahasiswa enggan bertemu Busyro. Mahasiswa kemudian bubar. Mereka berencana menggelar aksi di stasiun pengisian bahan bakar minya (SPBU).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.