"Masak Ibu Rukmini dipanggil Rokmini. Rok mini itu akan rok wanita di atas lutut. Itu pelecehan. Saya tak terima itu," kata Ketua Bamusi PDI Perjuangan Jatim ini kepada ratusan pendukungnya dalam istighasah di Sekber Harus Pas, Jumat (20/9/2013) malam.
Selain itu, dia juga mengaku kesal dengan juru kampanye pasangan calon lain yang mengatakan haram hukumnya memilih pemimpin perempuan. Menurut Buchori, itu juga sebagai pelecehan agama.
"Itu yang berkampanye seorang kiai. Dia bilang haram mencoblos pemimpin perempuan. Itu kiai ecek-ecek namanya. Padahal MUI sudah mengeluarkan fatwa, perempuan boleh menjadi pemimpin. Saya siap melakukan debat terbuka dengan kiai mana pun terkait hukum memilih pemimpin perempuan di televisi," ucapnya lagi.
Sebelum mengizinkan istrinya maju dalam pencalonan wali kota, Buchori mengaku sudah berkonsultasi dengan Ketua PBNU KH Said Agil Siradj, Rais Syuriah PWNU Jatim KH Miftahul Achyar, Ketua PWNU KH Mutawakkil Alallah, dan KH Maimun Zubair soal hukum memilih pemimpin perempuan dalam kacamata agama. Dan menurut para ulama itu, lanjut Buchori, boleh-boleh saja memilih pemimpin perempuan.
Diketahui, Pilwalkot Probolinggo diikuti empat pasangan calon, yakni Dewi Ratih-As’ad Anshari (Deras), Hj Rukmini-Suhadak (Harus Pas), Zulkifli Chalik-Maksum Subani (Zam-zam) dan Hadi Zainal Abidin-Kusnan (Handalanku).
KPU menetapkan pasangan Harus Pas sebagai pemenang Pilwali. Namun, ketiga pasangan calon itu menggugat hasil pilwali ke Mahkamah Konstitusi (MK). Putusan MK dijadwalkan pada Rabu (25/9/2013) depan.
Menyikapi sengketa di MK, Buchori optimistis istrinya tetap memenangkan Pilwali. Dia juga yakin, pasangan Harus Pas tinggal menunggu pelantikan pada 29 Januari 2014. "Insya Allah, Harus Pas tetap memenangkan Pilwali," ujarnya, Sabtu (21/9/2013).
Di tempat berbeda, Agus Irianto, tim sukses Harus Pas, menyatakan siap tanding ulang jika memang MK memutuskan Pilwali ulang. "Namun, kami optimistis MK akan mengesahkan pasangan Harus Pas sebagai pemenang. Sebab, kami tidak melakukan money politics, penggelembungan suara, dan manipulasi data. Semuanya terbuka," imbuh Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.