Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rela Tak Tidur Seminggu demi Radio Tabung

Kompas.com - 15/09/2013, 18:06 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Pada jaman merebut kemerdekaan, bahkan sampai dengan mempertahankannya, radio tabung mempunyai peran penting sebagai satu-satunya media penyebaran informasi.

Kabar Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai ke seluruh Nusantara tak bisa dipungkiri salah satunya berkat radio tabung.

Meski mulai tergerus era digital, namun radio tetap memiliki fans setia yang terus berusaha merawat dan menjaga keberadaannya.

Seperti yang dilakukan oleh Iwan Ganjar Indrawan, seorang kolektor radio, sekaligus sebagai tukang service radio tabung. Baginya dengan memperbaiki barang antik itu, berarti telah menjaga dan melestarikan barang yang pernah memiliki peran penting dalam memberikan informasi di jaman kejayaanya.

Menurut Iwan, radio tabung merupakan produk manusia yang sangat luar biasa, sebab dengan alat berbentuk kotak sederhana, informasi dari seluruh dunia bisa diakses tanpa tambahan apapun. Mulai siaran berita Cina, Amerika Latin,dan Inggris.

Selain itu, suaranya juga lebih natural. Berbeda dengan televisi, jika ingin bisa mengakses luar negeri harus menambah antena parabola.

Laki-laki yang memiliki sekitar 30 radio tabung ini mengungkapkan, awal mula menjadi tukang service pada tahun 2010 silam. Saat itu, radio yang dimilikinya rusak. Penasaran ingin bisa memperbaiki sendiri, ia lantas membongkar dan mencoba menganalisa kerusakan.

"Ternyata berhasil, dari situ mulai katagihan memperbaiki," ujarnya saat ditemui di Pameran Radio Lama " Layang Swara" di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto 2 Kota Baru, Minggu (15/9/2013).

Meski dalam sehari ada tiga sampai lima radio yang masuk di tempat servicenya, namun Iwan tidak pernah mematok harga untuk memperbaiki satu buah radio. Hanya saja, setelah radio itu selesai diperbaiki pelanggan diminta menganti komponen-komponen yang dipasang.

"Ndak patok harga, hanya ganti onderdil yang saya beli," ucapnya.

Saking sukanya dengan reparasi radio tabung, laki-laki yang tinggal di Jombor Indah Mlati, Sleman ini rela tidak tidur hanya untuk memperbaiki satu buah radio tabung. Sebab ada kepuasan tersendiri yang tak bisa digantikan, jika berhasil memperbaik radio yang dipercayakan kepadanya.

"Kalau sudah memperbaiki sampai lupa tidur, ada kalau satu minggu begadang untuk satu radio," tandasnya.

Selama menjalani hobby reparasi dan mengoleksi radio tabung, ia kesulitan untuk menggandakan skema radio kuno. Sebab belum semua skema radio tabung terpublikasi di dunia internet.

Selama ini, komunitas Radio Musium (komunitas sedunia)-lah yang aktif mengunggah bahan tersebut, dan menjadi senjata baginya untuk melihat skema. "Saya pernah memperbaik radio keluaran tahun 1925 dan berhasil. Intinya sedih dan stres kalau gak bisa memperbaiki radio yang rusak," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com